MATERI PENDIDIKAN
A. KONSEP MATERI PENDIDIKAN
Secara umum konsep pendidikan
mengacu pada makna asal kata yang membentuk kata pendidikan itu sendiri dalam
hubungannya dengan ajaran Islam. Dalam hal ini akan dirunut hakikat pendidikan
yang sekaligus menggambarkan apa yang dimaksud dengan pendidikan menurut
pengertian secara umum. Konsep tersebut memuat
beberapa hal yaitu sebagai berikut:
1.
Pengertian Materi pendidikan
Materi
merupakan progam dalam kurikulum yang berisi tema-tema pembelajaran yang telah
ditentukan, yang mengandung berbagai keterampilan, baik yang bersifat aqliyah,
jasadiyah, dan berbagai cara mengkajinya atau mempelajarinya. Dalam dunia
pendidikan pastinya akan ada suatu perencanaan dan juga komponen-komponen yang
harus ada dalam prosesnya. Salah satunya adalah materi dan kurikulum.
Materi pendidikan adalah suatu
komponen system pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa
mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi pembelajaran merupakan
salah satu sumber belajar yang berisi pesan dalam bentuk konsep, prinsip,
definisi, gugus isi atau konteks, data maupun fakta, proses, nilai, kemampuan
dan keterampilan. Materi yang dikembangkan guru hendaknya mengacu pada
kurikulum atau terdapat dalam silabus yang penyampaiannya disesuaikan dengan
kebutuhan dan lingkungan siswa.[2]
Pendidikan dalam kamus bahasa Indonesia berasal
dari kata “didik” yang mengandung
arti memberi ajaran atau tuntunan mengenai tingkah laku dan kesopanan dan
kecerdasan pikiran. Lalu diberi awalan
“pe” dan ”an” menjadi kata “pendidikan” yang mengandung arti proses dan
perubahan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia
melalui pengajaran dan pelatihan.[3] Setidaknya, ada tiga istilah yang lazim
digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib[4]
Menurut Amirulloh Syarbini Materi
pendidikan adalah semua bahan pelajaran (pesan, informasi, pengetahuan, dan
pengalaman) yang disampaikan kepada peserta didik. Materi pendidikan ini juga
disebut sebagai istilah kurikulum, karena kurikulum menunjukkan makna pada
materi yang disusun secara sistematis dan sekaligus untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.[5]
2.
Hakekat Materi pendidikan
Hakikat dari materi pendidikan ini
tidak terlepas dari kurikulum yang telah diajarkan kepada anak didik di
sekolah. Dalam sudut pandang Prayitno, semua materi pendidikan dari kurikulum, diharapkan
dapat memberikan kekuatan belajar bagi siswa yang secara dinamik, dan optimal,
yang tergabung kedalam lima dasar diantaranya;
1) iman dan takwa dari unsur-unsur takwa, fitrah, kesusililaan,
keberagaman.
2) inisiatif dari unsur daya karsa, daya rasa.
3) individu dari unsur individual, daya cipta dan daya rasa.
4) interaksi dari unsur makhluk paling sempurna dan paling tinggi
derajatnya, kesusilaan dan daya rasa.
5) komponen ini, merupakan dasar dari hakikat materi pendidikan
untuk ke arah tingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, bermasyarakat
maupun bernegara.[6]
3.
Langkah-langkah menyususn materi pendidikan
Adapun langkah-langkah menyususn
materi pendidikan diantananya adalah a) Identifikasi standar kompetensi dan
kompetensi dasar, b) Identifikasi Jenis-Jenis Materi Pendidikan. c) Memilih
jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Menurut Iskandar Agung yang
dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengembangkan gagasan atau ide dan perilaku
kreatif berkaitan dengan merancang dan menyiapkan materi pendidikan:
a. Menentukan bahan ajar atau materi pembelajaran yang
akan diberikan kepada peserta didik
b. Menentukan tujuan pembelajaran dan masing-masing
bahan ajar atau materi pembelajaran
c. Memilih bahan ajar atau materi pembelajaran yang
dinilai sulit dan mudah diterima oleh peserta didik
d. Merancang cara pemberian dan membangkitkan perhatian
dan motivasi belajar siswa, melalui contoh, ilustrasi, gaya bahasa yang
digunakan dan lain sebagainya.
e. Merancang cara untuk menimbulkan keaktifan dalam
pembelajaran siswa, berupa pemberian tugas mencari bahan ajar, eksperimen,
simulasi, diskusi, pekerjaan rumah dan lain sebagainya.
f. Merancang cara pemberian pengulangan terhadap bahan
ajar yang dinilai sulit melalui tes kecil, pemberian tambahan waktu belajar, pemberian
tugas atau pekerjaaan rumah dan lain sebagainya.
g. Merancang cara memberikan tantangan belajar yang
perlu diatasi bersama oleh siswa, baik individual maupun berkelompok, seperti
menugaskan membaca dan menyimpulkan hasil, tugas kelompok, pengenalan
lingkungan sekitar, memberikan tugas kliping koran dengan tema sesuai dengan materi pelajaran dan memberi kesimpulan dan
lain sebagainya. h.Merancang cara untuk balikan dan penguatan, berupa tes kecil
harian, pemberian tugas atau latihan, pemberian jam pelajaran tambahan untuk penguatan dan lain sebagainya. i.Memperhatikan
perbedaan karakteritik kemampuan siswa, membedakan kelompok siswa pintar, sedang
dan kurang, serta perlakuan yang akan diberikan. j.Menyusun rencana kerja.[7]
4.
Aspek – Aspek Materi Pendidikan
Aspek menurut kamus KBBI bahwa aspek memiliki pengertian yaitu sudut
pandang, gagasan, masalah, situasi, dan sebagai pertimbangan yang dilihat dari
sudut pandang tertentu.
Menurut Zainuddin, bahwa aspek-aspek
pendidikan itu terdiri dari pendidikan keimanan, pendidikan akhlak, pendidikan
sosial, dan pendidikan jasmani. Menurut Mohammad Daud Ali dalam bukunya
pendidikan agama islam, aspek-aspek ajaran Islam meliputi ilmu kalam, ilmu
fiqih, ilmu tasawuf, ilmu politik, ilmu masyarakat dan ilmu pendidikan.
Kalau kita mempelajari lebih dalam mengetahui materi
pelajaran ,maka kita akan dapat melihat adanya berbagai aspek yang antara lain
: konsep fakta, proses, nilai keterampilan , bahkan juga terdapat sejumlah masalah-masalah yang
ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Istilah – istilah tersebut pada
garis besarnya ialah :
a). Konsep
adalah suatu idea tau gagasan atau suatu pengertian yang umum, misalnya
meliputi definisi lingkaran,.
b). Prinsip
adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan
suatu petunjuk untuk berbuat / melaksanakan sesuatu meliputi dalil, rumus, postulat, teorema.
c). Fakta
adalah sesuatu yang telah terjadi atau yang telah
dikerjakan/dialami.Mungkin berupa hal , objek atau keadaan. Jadi bukan
sesuatu yang diinginkan atau pendapat atau teori.
d). Proses
adalah serangkaian perubahan , gerakan – gerakan perkembangan . Suatu proses
dapat terjadi secara sadar tidak disadari. Dapat juga merupakan cara
melaksanakan kegiatan operasional (misalnya di pabrik) atau proses pembuatan
tempe, proses perubahan warna pada daun yang kena hama wereng dan sebagainya.
e). Nilai
adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model . Umumnya nilai
bertalian dengan pengakuan atau kebenaran yang bersifat umum, tentang baik atau
buruk.
f). Keterampilan
adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti secara
jasmaniah ( menulis, berbicara dan sebagainya) Biasanya kedua aspek tersebut
tidak terlipas satu sama lain.
Aspek-aspek tersebut , perlu menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan bahan pelajaran dan rinciannya.Sesuatu satuan bahasan yang telah ditentukan perlu dianalisis lebih lanjut tentang konsep- konsep apa yang terkandung dalam topic tersebut, prinsip – prinsip apa yang perlu disampaikan dan seterusnya.
5.
Prinsip-Prinsip Penentuan Materi Pendidikan
Beberapa prinsip yang harus
diperhatikan dalam penyusunan materi pembelajaran adalah prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi
pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan
ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi
pembelajaran meliputi prinsip relevansi,
konsistensi, dan kecukupan. Sehubungan dengan pengembangan materi pembelajaran
ada beberapa prinsip dalam menyusun dan memilih materi pembelajaran, yang harus
diperhatikan, yaitu:[10]
1. Prinsip relevansi (keterkaitan).
Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada hubungannya dengan
dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai contoh, jika
kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka
materi yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.
2. Prinsip konsistensi (keajegan).
Apabila kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam,
maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
3. Prinsip kecukupan.
Prinsip ini berarti materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit, akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.
6.
Kriteria Pemilihan Materi Pendidikan
Kriteria utama pemilihan materi
pendidikan atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Hal ini berarti bahwa materi pendidikan yang dipilih untuk diajarkan
oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya
berisikan materi pendidikan yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar.[11] Adapun kriterianya
sebagai berikut:
a)
Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena
itu ,pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran – ukuran
(criteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi
bersangkutan. Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam
system instuksional dan yang mendasari penentuan strategi belajar mengajar:
b)
Kriteria tujuan istruksional
Suatu materi pelajaran yang terpilih
dimaksudkan untuk mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan – tujuan
tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan – tujuan
yang telah dirumuskan.
c)
Materi pelajaran supaya terjabar
Perincian materi pelajaran
berdasarkan pada tuntutan dimana setiap TIK telah dirumuskna secara spesifik, dapat
diamati dan terukur. Ini berarti terdapat keterkaitan yang erat antara
spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran.
d)
Relevan dengan kebutuhan siswa
Kebutuhan siswa yang pokok adalah
bahwa mereka ingin berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya.
Karena berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Setiap materi pelajaran
yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi
siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek di antaranya adalah pengetahuan
,sikap, nilai dan keterampilan.
e)
Kesesuaian dengan kondisi masyarakat
Siswa dipersiapkan untuk menjadi
warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam
hal ini, materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka
memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka menjadi
manusia yang mudah menyesuaikan diri.
f)
Materi pelajaran mengandung segi-segi etik
Materi pelajaran yang akan
dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa
kelak.Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi
pembelajaran yang telah mereka terima di arahkan untuk mengembangkan dirinya
sebagai manusia yang etik sesuai dengan system nilai dan norma-norma yang
berlaku di masyarakatnya. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan
urutan yang sistematik dan logis. Setiap materi pelajaran disusun secara bulat
dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topic masalah
tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan factor
perkembangan psikologis siswa . Dengan cara ini diharapkan isi materi tersebut
akan lebih mudah diserap oleh si siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.
g) Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat. Ketiga factor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran. Buku sumber yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber utama memang adalah guru itu sendiri. Guru dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu utuk disajikan kepada para siswa berdasarkan ukuran pribadianya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas,bahkan dapat dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar.
B.
MATERI PENDIDIKAN ANAK
Islam menuntun untuk memberikan pendidikan kepada anak. Dalam kitab Tarbiyah al-Awlad fi Al-Islam, karya Abdullah Nashih Ulwan, dalam Alquran atau hadis Nabi Muhammad SAW, telah diterangkan tentang tata cara mendidik anak. Dalam karyanya itu, Abdullah Nashih Ulwan, menegaskan prasyarat pendidikan harus dimulai sejak dini. Ketika anak masih berada dalam kandungan, seorang ibu harus rajin mengajarkan akhlak yang positif.
Kewajiban orang tua terhadap anak salah satunya adalah mendidik anaknya dan memberikan hak asuh. Setiap anak yang dilahirkan oleh orang tuanya berhak mendapatkan asuhan, yakni memperoleh pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus makan, minum, pakaian dan kebersihan si anak pada periode kehidupan pertama (sebelum ia dewasa). Sebab Pendidikan anak adalah hal penting yang wajib diperhatikan, sebagai mana dijelaskan dalam kita tarbiyatul aulad karya syaikh Abdusslam Bin Abdillah As Sulaiman bahwa pendidikan anak merupakan perkara penting yang wajib diperhatikan dan diimplementasikan oleh setiap muslim, apalagi hal ini mengandung upaya di dalam merealisasikan bimbingan Nabi di dalam mendidik anak.
Menurut Abdullah nashi ulwan dalam
bukunya yang berjudul “pendidikan anak dalam islam menerngkan bahwa ada tujuh
hal yang perlu ditanamkan oleh guru maupun orang tua kepada anak-anaknya
diantara ketujuh tersebut adalah sebagai berikut: Pendidikan keimanan , Pendidikan Moral , Pendidikan Fisik, Pendidikan Intelektual ,Pendidikan Psikis(mental) , Pendidikan Sosial dan Pendidikan Seksual.
Sesuai dengan dasar, tujuan dan
kompetensi pendidikan anak, maka ada beberapa materi pokok yang harus diajarkan
kepada anak-anak. Dalam konsep Islam, secara umum materi yang harus diajarkan
kepada anak, sama dengan materi dasar ajaran Islam yang terdiri dari bidang
aqidah, ibadah, dan akhlak. Dalam pembelajaran terhadap anak usia dini, tentu
saja uraian materi yang diberikan tidaklah sama dengan yang diberikan kepada
orang dewasa, meskipun masih berada dalam lingkup akidah, ibadah dan akhlak.
Selain materi-materi tersebut di
atas, anak pada usia dini juga masih perlu diberikan materi pendidikan tentang kesehatan dan kebersihan
badan, gerak badan (olah raga), belajar bermain dengan teman sebaya, belajar
membaca dan menulis latin, belajar menghitung, menggambar, melipat, dan hal-hal
lain yang bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan psiko motoric anak.[15]
Adapun materi belajar bagi anak yaitu
materi usia lahir sampai 3 tahun dan materi untuk anak usia 3 tahun ke atas.
1.
Materi usia lahir sampai 3 tahun.
Pengembangan materi pembelajaran
untuk usia lahir sampai 3 tahun meliputi a) pengenalan diri sendiri (
perkembangan konsep diri), b) Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi), c
Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial), d) Pengenalan
berbagai gerak (perkembangan Fisik), e) Mengembangkan komunikasi (Perkembangan
bahasa), f) Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif).[16]
2.
Materi untuk anak usia 3
tahun ke atas
Pengembangan materi untuk anak usia
3 tahun ke atas meliputi:
a) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran
phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks
lainnya.
b)Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan
hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data,
pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
c) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan,
bumi dan lingkungan.
d) Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja,
berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan.
Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya
antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak.
Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada
ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di
luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak
dekat atau jauh.
e) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan
melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan
mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan
instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah
mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup
melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat
atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel,
dll.
f) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar.
Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang
digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak
dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia
sehari-hari.
g) Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi;
eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan
informasi yang mewakili. Untuk mewadahi proses belajar bagi anak usa dini
pendidik harus dapat melakukan penataan lingkungan main, menyediakan
bahan–bahan main yang terpilih, membangun interaksi dengan anak dan membuat
rencana kegiatan main untuk anak.[17]
Begitu juga penulis akan menjelaskan
mengenai beberapa materi pendidikan anak yaitu materi pendidikan keimanan ,
pendidikan moral , pendidikan fisik,
pendidikan intelektual , pendidikan
psikis(mental) ,pendidikan
sosial dan materi pendidikan
seksual.
1.
Materi
Pendidikan keimanan
Kata Keimanan
berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il), “ايمانا - يؤمن- امن ” yang
mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang. Imam Al Ghazali
memaknakannya dengan kata tashdiq (التصديق) yang
berarti “pembenaran”. Pengertian Iman adalah membenarkan dengan hati,
diikrarkan dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan.[18]
Syekh Abu Bakar Jabir
al Jaza’iri mengatakan bahwa keimanan
atau aqidah adalah serangkaian kebenaran
aksiomatik yang dapat diterima akal sehat, pendengaran, fitrah dan diyakinin
dalam hati manusia, dipastikan kebenaran dan keberadaannya di yakini secara
otomatis kebalikannya tidak benar dan sama sekali tidak ada.[19] Kebenaran itu dipatrikan dalam hati serta diyakini kebenarannya dan
ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan hal tersebut. Abu Fati`ah al adnani dan Abu Ammar berpendapat
bahwa aqidah adalah apa saja yang di yakini (dengan hati) oleh seseorang. Jika
dikatakan “Dia aqidahnya benar” berarti aqidahnya bebas dari keraguan.[20]
Adapun rincian dari materi pendidikan keimanan bagi
anak
terdapat dalam
rukun iman, diantara rukun iman tersebut adalah:
1. Keimanan kepada Allah SWT
Beriman kepada
Allah artinya
adalah berikrar
dengan macam-macam tauhid yang tiga, serta
ber-'itiqad dan beramal sholeh dengannya, yaitu 1) tauhid
rububiyah, 2) Tauhid uluhiyah, dan 3) tauhid asma' wa sifat. Maksud dari kata tauhid adalah seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT
adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah
(ibadah), maupun Asma` dan Sifat-Nya.[21]
Beriman
kepada Allah adalah keimanan yang
sempurna karena Allah pencipta
dan
pengatur semua
makhluk di bumi ini dalam pendidikan keimanan kepada Allah memiliki kedudukan penting karena
itu
pendidikan Harus mengajarkan bagaimana mengenalkan Allah dengan ciptaan ciptaannya Yang
Maha hebat dan mengenalkan karunia-karunia nya.[22]
Imam Nawawi menjelaskan bahwa beriman kepada Allah ‘azza wa jalla mencakup 4 hal, yakni:
a)
Beriman dengan wujud Allah SWT
b)
Beriman kepada rububiyyah Allah
SWT
c)
Beriman kepada uluhiyyah Allah SWT, dengan maksud membenarkan dan
meyakini bahwa
hanya Allah SWT, Tuhan yang berhak disembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah bathil. Sebagaimana Rasulullah saw telah sebutkan di dalam hadis yang artinya:
“Dari Mu’az bin Jabal radhiallahuanhu dia
berkata :Saya berkata : Ya Rasulullah,beritahukan saya tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya
ke
dalam surgadan menjauhkan saya darineraka, beliau bersabda:
Engkautelah bertanya
tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah
bagi mereka yang dimudahkan Allah ta’ala, :Beribadah kepada Allah dan tidak
menyekutukannya sedikitpun,..”(Riwayat Turmuzi dan
diaberkata: Haditsnya hasan shahih)[23]
a.
Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya
2. Keimanan kepada Malaikat
Secara etimologi kata “Malaikat” berasal dari
Arab, malak (ï»šï» ï»£) yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar “al-alukah” yang berarti risalah atau misi, kemudian sang
pembawa misi biasanya disebut dengan
ar-rasul.. Malaikat adalah bentuk jamak dari kata masdar
AlMulukah yang berarti Ar-Risalah (misi atau pesan).[24] Malaikat adalah makhluk gaib, tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia
akan tetapi dengan izin allah, malaikat dapat menjelmakan dirinya
seperti manusia contohny malaikat jibril menjadi manusia dihdpan Maryam.[25]
Beriman kepada para malaikat mempunyai konsekuensi terhadap seorang muslim konsekuensinya seorang muslim harus meyakini adanya kehidupan rohani
yang harus dikembangkan sesuai dengan dorongan para malaikat itu.
Sebagaimana
salah satu hadis pada kitab matan arba‘in yang berkaitan dengan iman kepada Malaikat adalah hadis kedua yang mengkisahkan kedatangan Jibril kepada Nabi Muhammad saw
dengan
menjelma sebagai seorang lakilaki
yang tidak dikenal, bertujuan untuk memberikan pengajaran kepada para sahabat.[26]
3. Beriman kepada Rasulullah
kenabian itu artinya
menunjukkan atau pemilihan Allah SWT terhadap salah
seorang dari hambanya dengan memberinya wahyu. secara
arti terminologis nabi
adalah manusia biasa yang mendapatkan keistimewaan menerima wahyu dari Allah SWT.[27]
Kata Nabi berasal dari kata na-ba yang berarti 'ditinggikan', atau dari kata
naba-a yang artinya “berita”
jadi, Nabi adalah seseorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah S.W.T. dengan memberinya
wahyu. Adapun Rasul berasal dari kata arsala yang artinya 'mengutus'.
Rasul berarti 'yang diutus' jadi,
rasul adalah
seorang yang diutus
oleh
Allah
S.W.T. untuk menyampaikan misi
ajaran (risalah).[28]
Diantara
misi
dan tugas kenabian yang diamanatkan untuk menyampaikan risalah
yang di bawahnya; Pertama,
sebagai penyampai syariat
rabbani kepada
manusia hal ini dijelaskan dalam surat Al-Maidah 67. Kedua, menjelaskan makna
nas yang diturunkan kepada umat, dalam surat an Nahl: 44. Ketiga, menuntun umat
kepada
kebaikan dan agar mereka
mau menghindari keburukan, surat Nahl: 125.
Keempat,
mendidik manusia dengan metode Rabbani.[29]
2.
Materi Pendidikan Akhlak
Dalam pandangan Kholil Bangkalan bahwa Pendidikan
Akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan Islam dalam rangka
mencapai kemanusiaannya, sehingga mampu mengetahui hakikat penciptaannya sampai
dengan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.[30]
Pendidikan akhlak adalah tingkah
laku manusia disertai niat yang damai dalam jiwa yang berlandaskan Alquran dan
Al-Hadits sehingga muncul perbuatan-perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan secara mudah
tanpa memerlukan pengarahan terlebih dahulu. Sebagaimana Rasulullah Saw
sabdanya artinya: Dari Abu Hurairah r.a berkata: Bahwasanya Rasulullah Saw.
bersabda “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang
baik”. (HR. Ahmad dan Baihaqi). Dari ayat Al-Qur’an dan AsSunah Rasulullah
Saw. di atas menunjukkan bahwa dasar dan pijakan pendidikan akhlak adalah
Al-Qur’an dan Sunah Nabi. dari dasar dan pedoman itulah dapat diketahui
kriteria suatu perbuatan itu baik ataupun buruk.[31]
Sasaran akhlak mencakup sebagai
aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah SWT, Akhlak terhdap sesama manusia,
dan akhlak terhadap lingkungan sekitarnya. Mengenai ruang lingkup akhlak Muhammad
Abdullah Darraz dalam buku Dustur Akhlak Fi Al-Qur’an membagi atas lima
bagian:
a. Akhllak pribadi seperti yang
diperintahkan(awamir), yang dilarang(nawahi), yang dibolehkan(mubahat),
akhlak dalam keadaan darurat.[32]
b. Akhlak berkeluarga seperti kewajiban
antara orang tua dan anak, kewajiban terjadap suami istri dan kewajiban
terhadap karib kerabat.
c. Akhlak bermayarakat seperti yang dilarang,
yang diperintahkan dan kaidah-kaidah adab.
d. Akhlak bernegara seperti hubungan antara
pemimpin rakyat serta hubungan luar negeri
e. Akhlak beragama seperti kewajiban terhadap
Allah SWT, kewajiban terhadap Rasul.[33]
3.
Materi Pendidikan Akal
Menurut Al-Ghazali dapat dirumuskan bahwa akal adalah ah 1 ilmu
pengetahuan yang tumbuh pada anak usia tamyiz yakni di usia anak dapat
membedakan kemungkinan hal yang yang dapat terjadi dan sesuatu yang tidak
mungkin tercapai di usia tamyiz yaitu pada usia 7 tahun. oleh karenanya anak
dapat membedakan sesuatu yang mungkin dan yang tidak mungkin.[34] Hal ini dapat dipahami
bahwa pada usia ini kemampuan anak masih terbilang sederhana dan mempunyai
Suatu kaitan yang dapat dilihat dari contoh yang diberikan Al Ghazali yakni
satu berbeda dengan dua, akan dapat dipahami dengan penggunaan contoh benda.[35]
4.
Materi Pendidikan Sosial
Manusia pada intinya adalah makhluk
sosial yang yang senantiasa berinteraksi kepada orang lain untuk keberlangsungan
suatu kehidupan dimana mereka tinggal atau menetap. Semua lingkungan tempat
mereka tinggal tentunya memiliki nilai dan norma yang berlaku, oleh karenanya
memahami berbagai hal yang berkaitan dengan nilai dan norma misalnya kesopanan,
akhlak, adat istiadat maupun yang lainnya.[36]
Pendidikan sosial berkaitan erat
dengan pendidikan akhlak oleh karenanya tidak dapat dipisahkan karena hal itu
itu sangat berkaitan terhadap akhlak seseorang yang yang dapat diterima di
lingkungan bila Ia mempunyai perilaku yang baik maka tentu akan diterima dengan
baik pula Begitupun sebaliknya bila iya berperilaku yang buruk maka tentu tidak
diterima di lingkungannya. Maka dari itu pendidikan sosial sangat penting
dilaksanakan untuk usia anak-anak sehingga mereka memiliki sifat dan
kepribadian yang baik.[37]
Dalam hal ini Allah berfirman: “Dan
janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah
orangorang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang yang
beriman”QS. Al-Imran:139).
Upaya dalam melaksanakan pendidikan sosial terhadap anak
antara lain:
a)
Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih sayang,
pengertian, berperilaku santun dan bijak
b)
Menumbuhkan rasa percaya diri
c)
Memberikan semangat tidak melemahkan.[38]
5.
Materi
Pendidikan Jasmani
Dengan memenuhi kebutuhan makanan
yang seimbang, memberi waktu tidur dan aktivitas yang cukup agar pertumbuhan
fisiknya baik dan mampu melakukan aktivitas seperti yang disunahkan
Rasulullah:“Ajarilah anakanakmu memanah, berenang dan menunggang kuda”(HR.
Thabrani).[39]
Dalam pandangan Ghazali pada masa
awal pertumbuhan anak merupakan masa dimana anak perlu untuk melatih fungsi
organ tubuhnya memperkuat otot dan tulang serta menjaga kesehatan dan kebugaran
badannya hal itu sangat berfungsi sebagai penunjang dalam proses pendidikannya.[40]
6.
Materi
Pendidikan Seksual
Memberikan
pengetahuan dan pembelajaran seks untuk anak sangat urgensi diberikan sedini
mungkin agar anak mengetahui mana yang yang boleh dilakukan dan mana yang tidak
boleh dilakukan. Hal itu perlu sebab libido seksual manusia itu sendiri akan
timbul dan terus berkembang. Walaupun pada umumnya beberapa asumsi mengatakan
bahwa pada masa kanak-kanak tidak mengenal gairah seksual.
Menurut Teori
Freud mengenai libido berasumsi bahwa anak-anak ketika menghisap jempol
dianggap memiliki makna seksual, bahkan sayangnya anak kepada ibu dianggap
sebagai sesuatu yang berlandaskan seks dan dihubungkan dengan kecemburuan
terhadap ayahnya.[41]
Jadi pada intinya
bahwa kesadaran seksualitas anak akan tumbuh mulai dari usia dini(kanak-kanak).
Pendapat lain juga dapat dipahami bahwa libido bisa dimaknai dengan dorongan
hasrat seksual. Wacana lain yang lebih bijaksana juga bisa dipahami bila libido
tidak saja dimaknai hasrat seksual.[42]
Pendidikan seks merupakan langkah
dalam mengajarkan dan mengarahkan mengkomunikasikan pengetahuan tentang
seksualitas yang diberikan kepada peserta didik seperti materi fungsi organ
reproduksi dengan menanamkan etika, moral, kometmen agama sehingga tidak
terjerumus pada hal yang negatif terkait organ refroduksi tersebut.[43]
Dalam pandangan Nashi Ulwan pendidikan
seks adalah suatu usaha dalam mendidik anak terkait problem-problem yang
berhubungan dengan seksualitas, naluri dan perkawinan.[44]
Pada usia 3-5
tahun anak-anak dapat diajarkan mengenai organ tubuh dan kegunaan dari
macam-macam organ tubuh, dan harus percaya diri untuk mengajarkannya seperti
memperkenalkan alat kelamin si kecil, malu bila dilihat orang lain, tidak boleh
menyebutkannya apalagi ditempat umum dan sebagainya. Pengajaran seperti ini
dapat dilakukan orang tua terutama saat anak akan dimandikan.[45]
Sedangkan
pada usia 6 sampai 9 tahun anak-anak harus diajarkan kan apa saja yang
dilakukan dalam melindungi dirinya sendiri. seperti orang tua dapat mengajarkan
kepada anak untuk menolak membuka pakaian menolak diraba-raba alat kelaminnya
oleh temannya bahkan diberikan imbalan sekalipun dan orangtua juga bisa
menggambarkan kan tentang hewan tertentu yang tumbuh dengan cepat dan terlihat
jelas perbedaan jenis kelaminnya seperti anak ayam, anak kucing dan lain-lain.[46]
Kemudian Usia 10-12 tahun berikan materi
terkait seks secara mendalam apa saja hal-hal yang akan berubah dari tubuh anak
saat menjelang masa remaja atau pubertas. Namun hal ini tentu saja akan
berbeda-beda pada setiap individunya, tinggal bagaimana kita mengajarkannya
misalnya saja mentruasi yang terjadi pada kaum wanita ataupun mimpi basah pada
laki-laki yang kelak seiring waktu akan mereka alami, dan semuanya itu adalah dianggap
normal pada setiap manusia.[47]
C.
Penelitian yang Terdahulu
Kajian tentang materi pendidikan dalam Kitab Tarbiyatul
Aulad Fi Dhauil Kitab Was Sunnah secara khusus Karya Abdussalam bin Abdillah As Sulaiman belum
ada yang meneliti namun secara umum terkait bahasan materi pendidikan sudah
ada beberapa karya ilmiah dan
buku-buku yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji dan telah memberikan
kontribusi yang lebih signifikan dalam rangka mengkaji dan memahami permasalahan yang dikaji, sehingga dapat memberikan
pemahaman yang lebih komprehensif. Adapun karya ilmiah yang berhubungan dengan kajian ini diantaranya sebagai berikut:
1. Munawaroh Hidayah (2021) Konsep Dasar Materi Pendidikan Islam Dalam Kitab
Minhaj Al-Muslim Karya Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri (1921 M-2018M)
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep dasar materi pendidikan Islam
dalam kitab Minhâj Al-Muslim Karya Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri terdiri dari materi tauhid yaitu iman
kepada Allah, beriman kepada rububiyah Allah, beriman
kepada uluhiyah Allah
atas semua makhluk dari yang pertama hingga yang terakhir, beriman kepada para Malaikatnya, beriman
kepada kitabullah, beriman kepada para Rasul utusan
Allah
(Rasul-Rasul
Allah), beriman
kepada kerasulan
Muhammad, beriman
kepada hari
akhir, beriman kepada qadha dan
qadar.
2. Najmi, Ahmad (2018) Pendidikan
Sosial dalam Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam karya Dr. Abdullah Nasih
Ulwan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan
Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan sosial dalam kitab Tarbiyatul
Aulad Fil Islam karya Dr. Abdullah Nasih Ulwan sebagai pandangan terhadap problematika dalam proses
pendidikan ditengah-tengah himpitan arus perubahan. Pendidikan sosial merupakan
pendidikan yang berpegang pada etika sosial dan dasar-dasar kejiwaan yang
mulia, seperti penanaman ketaqwaan, keberanian dan tanggung jawab beretika
sosial bersumber pada kaidah Islam yang abadi dan perasaan keimanan yang tulus.
Dengan tujuan agar anak tampil di mamsyarakat sebagai generasi yang mampu
berinteraksi sosial dengan baik, beradab, dan berperilaku yang bijaksana.dan
bertanggung jawab.
BAB III
BIOGRAFI ‘ABD ALLÃH BIN ‘ABD ALLÃH AL-SULAIMÃN
A.
Boigrafi ‘Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn
1.
Riwayat Hidup ‘Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn
Nama asli ‘Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn adalah Abd
al-Salam bin Abdullah bin Muhammad al-Suleiman Ia adalah Abd al-Salam bin
Abdullah bin Muhammad al-Suleiman, dari Nawasir, dari suku Bani Tamim, dan dari
pihak ibu, garis keturunannya kembali ke keluarga Husain dari Nawassir dari
Bani Tamim. Ia lahir di kota Riyadh.[48]
Syekh ‘Abd
Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn adalah salah satu Murid Yang Mulia Syekh Abdul
Aziz bin Baz, yang mendidiknya dari tahun 1407 H, menemaninya dan mengikuti
pelajaran sampai kematiannya.
Syekh tersebut adalah murid dari Syekh
Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan. Sejak ia tinggal bersamanya dari tahun 1408 H
hingga sekarang, dan ia mengurusi banyak kitab dan ilmu Syekh, yang mencapai 83
jilid, dan ia juga mempelajari sekelompok ulama, termasuk para Mufti Kerajaan
Arab Saudi. Sheikh Abdul Aziz Al Sheikh,
Sheikh Abdullah bin Jibreen, Sheikh Abdul Rahman Al Barrak dan Sheikh Abdul
Aziz Al-Rajhi, Sheikh Saleh Al-Sadlan, dan ulama lainnya.
Partisipasi dalam komite advokasi di
luar Kerajaan di Belanda, Amerika, Pantai Gading, Jerman dan Puerto Rico (di
Laut Karibia), dan negara lain, kurang lebih lima puluh negara di bawah
bimbingan Sheikh Abdul Aziz bin Baz.
Sheikh ‘Abd al-Salam bin Abdullah
bin Muhammad al-Sulaiman menyampaikan terima kasih dan penghargaannya kepada penjaga
dua Masjid Suci Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud, semoga Tuhan melindunginya,
setelah dikeluarkannya perintah kerajaan yang mengangkatnya sebagai anggota
Dewan Cendekiawan Senior.
2.
Latar Belakang Pendidikan ‘Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn
‘Abd Allãh Bin
‘Abd Allãh Al-Sulaimãn menempuh pendidikan, yang mana tingkat pendidikan yang
diraihnya hingga memperoleh gelar doktor ilmu hukum komparatif dari Higher
Judicial Institute di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, dengan pesan
yang berjudul: “Pilihan yuris prudensi Syekh Muhammad Ibn Ibrahim dan pandangan
kontemporernya”.
Ia mengajar di Sekolah Tinggi
Syariah di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, kemudian di Institut
Peradilan Tinggi.Pada tahun 1440 H, ia diangkat menjadi anggota Dewan Ulama
Senior, dan anggota Komite Fatwa Tetap di Kerajaan Arab Saudi, kemudian
diangkat sebagai Dekan Lembaga Peradilan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad
bin Saud di Riyadh disamping keanggotaannya di Dewan Ulama Senior, dan Komite
Fatwa Tetap.
Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud adalah universitas pemerintah
Saudi yang berlokasi di Riyadh, ibu kota Kerajaan Arab Saudi. Didirikan pada
tahun 1373 H. -1953 diwakili oleh Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (sekarang dikenal
sebagai Sekolah Tinggi Syariah) dan sejak itu berkembang secara radikal hingga
menjadi universitas pada tahun 1394 H.-1974. Landasan bangunan universitas saat
ini adalah pada tanggal 5 Januari 1982 pada masa pemerintahan Raja Khalid. Ia
diresmikan pada tahun 1990. Ia memiliki 70 lembaga ilmiah di dalam Kerajaan dan
cabang untuk pengabdian masyarakat di Kegubernuran Al-Ahsa, dan tiga lembaga di
luar Kerajaan di masing-masing Jepang, Indonesia dan Djibouti.
3.
Karya-karya ‘Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn
Dia adalah pendiri Yayasan Advokasi Amal, Pengawas
Umum sistem Ata, dan Ketua Komite Pengkajian Buku Pelajaran Syariah untuk
Pendidikan, Peningkatan, dan Pengembangan Masyarakat di Kementerian Pendidikan.
Selain berbagai karya dan partisipasi di bidang advokasi dan pekerjaan amal, ia
mengawasi dan mendiskusikan sejumlah besar tesis master di Institut Peradilan
Tinggi.
Dia tinggal bersama Sheikh Abdul
Aziz bin Baz dari 1407 sampai kematiannya, dan dia mempelajari banyak buku
tentang:
a)
Tafsir Ibn Kathir
b)
Tafsir Al-Baghawi
c)
Kitab Monoteisme
d)
Sahih Bukhari
e)
Sahih Muslim
f)
Sunan Al-Nisa'i
Ia belajar dengan Sheikh Abdul Aziz bin Abdullah Al Sheikh, Mufti
Agung Kerajaan dan kepala Dewan Cendekiawan Senior di Institut Pengadilan
Tinggi. Ia belajar dengan Syekh Dr. Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan (dari 1407 H sampai
sekarang) dan mempelajarinya: Semua buku Syekh Mohammed bin Abdul Wahhab.
Anggota Dewan Cendekiawan Senior merupakan Anggota Komite Tetap Fatwa Dekan Institut Peradilan Tinggi di Universitas Islam Imam Muhammad
bin Saud Partisipasi dalam kursus advokasi Partisipasi dalam kursus advokasi,
ceramah dan seminar di dalam Kerajaan bekerja sama dengan Kementerian Urusan
Islam, dan ceramah khusus di Masjid Imam Turki bin Abdullah - Masjid Agung -
yang dinominasikan oleh Mufti Kerajaan, Syekh / Abdulaziz Ibn Baz, sebagai
serta kursus advokasi di pusat sosial dan advokasi dan di penjara Kerajaan dan
lainnya.
B.
Deskripsi Kitab Tarbiyaah Al Aulad Fii Dhau’i Al-Kitab Wa
Al-Sunnah
1. Ringkasan Tarbiyah Al Aulãd Fî
Dhau’i Al-Kitãb Wa Al-Sunnah
Buku Tarbiyatul aulad fii dhauil
kitab wassunnah (pendidikan anak dalam islam) merupakan kitab yang tipis
namun sarat dengan pendidikan dan pengajaran bagi kaum muslimin khususnya para
orang tua dalam melahirkan generasi anak-anak yang sholih dan sholihah. Kitab Tarbiyatul
aulad fii dhauil kitab wassunnah ini ada yang sudah menterjemahkan
kedalam bahasa indonesia. Menjelaskan tentang pentingnya pendidikan anak dalam
islam..bagaimana dan apa upaya yang ditempuh dan metode metode yang bagus untuk
mendidik buah hati kita. Kitab ini juga mendapatkan rekomendasi dari Syaikh Sholih Fauzan Al
Fauzan.
2. Materi Kitab Tarbiyah
Al Aulãd Fî Dhau’i Al-Kitãb Wa Al-Sunnah
Adapun materi pendidikan keimanan bagi anak dalam
kitab Tarbiyah Al Aulãd Fî Dhau’i Al-Kitãb Wa Al-Sunnah (pendidikan anak
dalam Islam) karya Abdul As Salam atau lebih lengkapnya Syaikh Abdul As salam
Bin Abdullah As Syulaiman adalah sebagai berikut:
a)
Anak adalah nikmat dan hibah
(karunia) allah
b)
Anak itu
adalah perhiasan sekaligus
fitnah
c)
Doa para nabi dan orang shalih
di dalam meminta
keturunan (anak)
d)
Manfaat anak yang shalih
e)
Kewajiban mendidik
anak diatas kebaikan
f)
Dua macam hidayah: pertama, Hidayah
Dilâlah (arahan) waIrsyâd
(bimbingan) wa Bayan (penjelasan). Kedua :Hidayah Taufîq wa
Ilhâm wa Qobul (penerimaan).[49]
g)
Langkah-langkah praktis di dalam
mendidik anak seperti :(1).Memulai dari memperbaiki diri sendiri, (2) Memilih
Ibu (Isteri), (3).Menyebut nama Allâh sebelum jima’ dengan isteri,
(4).Memperhatikan ibu yang sedang hamil, Al-Bisyaroh (Bergembira
dan menyampaikan kabar gembira)
dengan kelahiran anak, dan Sujud Syukur, (5). Keutamaan Mendidik Anak Perempuan
di dalam Islam, (6). Adzan Di Telinga Bayi Yang
Baru Lahir, (7) Sunnah yang sepatut-nya dipraktekkan seorang muslim adalah Tahnîk, (8). Memberi Nama dan
Kuniyah yang baik, (9) Aqiqah dan Mencukur Rambut., (10).Menyusui Sang Bayi, (11). Berdoa, (12). Mengajarkan Kalimat
Tauhid kepada anak-anak
mereka untuk beradab dan berakhlaq
yang baik,
(13). Membiasakan mereka untuk beradab dan
berakhlaq yang baik, (14).Berlemah lembut dan bercanda dengan anak,
(15). Membersihkan
rumah
dari
permainan
yang
sia-sia
dan
alat-alat music,
(16). Melindungi rumah
dengan Bacaan al-Qur’an, Dzikir dan
Sholat
di
dalamnya.[50]
3.
Keistimewaan kitab Tarbiyah Al Aulãd Fî Dhau’i Al-Kitãb
Wa Al-Sunnah
Keistimewaan kitab Tarbiyah Al
Aulãd Fî Dhau’i Al-Kitãb Wa Al-Sunnah adalah kitab ini tidak terlalu tebal
sehingga lebih cepat dalam menemukan isi kandungan atau kesimpulan dari kitab
tersebut. Walau terbilang tipis kitab ini, sangat lengkap dan sarat dengan
pendidikan dan pengajaran bagi kaum muslimin khususnya para orang tua dalam
mendidik anak dan melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT.
[1] Hasbi Siddiq, Hakikat Pendidikan Islam:Jurnal
kependidikan ( Sorong: Al Riwayah, 2016), h. 89.
[2] Darwin Syah, Perencanaan System Pengajaran Pendidikan Agama
Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 69.
[3] Em Zulfajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia EdisiRevisi, Jakarta, Difa Publisher, 2008,h.254
[4] Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2001), h. 70
[5] Saadah Erlina, Jurnal
Iimiyah Kependidikan: Hakekat Materi Pendidikan, (Banjarmesin: Lentera, 2019), h.141.
[6] Ibid. h. 144.
[7] Iskandar Agung, Meningkatkan
Kreativitas Pembelajaran bagi Guru, (Jakarta: Penerbit
Bestari Buana Murni, 2010), h. 54-55
[8] Hayu Nuski, Aspek-Aspek Materi
Pendidikan Dalam Al-Qur’an Dengan
Term Al-Hisab (Batusangkar: Skripsi, 2018), h. 10
[9] Ibid, h.19
[10] Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Bandung: Alfabeta, , 2010) h. 213
[11] Yurnalis Nurdin, Langkah-Langkah Pemanfaatan Materi
Pembelajaran Ips, (Bandung: Journal,
2017), h. 4.
[12] Repoblika: https://republika.co.id/berita/q8d7ur320/ayatayat-alquran-tentang
pendidikan-anak-menurut-islam (Diakses tanggal 27 november 2020)
[13] Iim Fahimah, Kewajiban Orang Tua terhadap Anak dalam
Perspektif Islam (Bengkulu: Hawa,
2019), h. 39.
[14] Syaikh Abdussalâm as -Sulaymân, Panduan Mendidik Anak, 2017.
[15] Ibid. h.220.
[16]Aurora Senja, https://yanugilang.wordpress.com/2011/04/16/dasar-dasar-dan-ruang-lingkup-pendidikan-anak-usia-dini ( diakses tanggal 5 desember 2020).
[17] Ibid.
[18] Ruri Liana Anugrah Dkk, Islam , Iman dan Ihsan
dalam Kitab Matan Arba ‘ in an- Nawawi: Studi Materi Pembelajaran Pendidikan
Islam dalam Perspektif Hadis Nabi Saw (Riau: Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, 2019), h. 33.
[19] Dibyo Widodo, Konsep Pendidikan Aqidah Persfektif Syekh
Abdurrazzaq Bin Abdul Muhsin Al Badr dan Relevansinya Terhadap Pendidikan
Aqidah Saat Ini, n.d.
[20] Abu Ammar dan Abu Fati`ah Al Adnani , Mizanul Muslim,
Jakarta, Cordova Mediatama, 2009, h.81
[21] Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri, Ringkasan Fiqih Islam
(Islam house, 2009),
h. 11.
[22] Hasbiyallah dan Moh. Sulhan, Hadis Tarbawi (Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2015), h.64
[23] Ruri Liana Anugrah et al., Loc.Cit. h. 39.
[24] Azhari & Urka Adzanmi Jarnawi, “Implementasi
Prinsip Yakin pada Rukun Iman dalam Konseling Islam: Aceh: Jurnal
Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, 2020),
h. 256.
[25] Muhammad daud ali, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta:
Rajawali, 2011), h. 209.
[26] Ruri Liana Anugrah et al., Loc.Cit.
[27] Didiek Ahmad Supadi Dan Sarjuni, Pengantar Studi Islam (
Jakarta: Rajawali Fers,
2012),
h.157
[28] Ruri Liana Anugrah et al., Loc.Cit.
[29] Didiek Ahmad Supadi dan Sarjuni, Loc Cit,
h.161
[30] Salsabila Krida dan Firdaus Anis Husni, Pendidikan
Akhlak Menurut Syekh Kholil Bangkalan, (Ciamis: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 2018), h. 42.
[31] Ibid. h. 44.
[32] Rosihon Anwar, Op.Cit. h. 29-30.
[33] Ibid.
[34] Jannah Sitti Riyadil, Konsep Pendidikan Anak Dalam
Perspektif Al-Ghazali: Implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam (Kendari:
Jurnal Ta’dib, 2013), h.50.
[35] Ibid.
[36] Ibid.
[37] Ibid.
[38]Ibid. h.119.
[39]Ibid. h.118.
[40] Jannah Sitti Riyadil, Loc.Cit.h. 51.
[41] Roqib Moh, Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini,
(Porwokerto: Insani, 2008), h.
3.
[42] Ibid.
[43] Ratnasari Risa Fitri dan M. Alias, Pentingnya
Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini, (Bandung: Jurnal Tarbawi Khatulistiwa, 2016), h. 56.
[44]Aziz Safrudin, Pendidikan Seks Bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (Porwokerto: Kependidikan,
2014), h. 186.
[45] Risa Fitri Ratnasari dan M dan Alias, Loc.Cit. h. 56.
[46] Ibid.
[47] Ibid.
[48] https://ar.wikipedia.org/wiki
(Tanggal 27 Mei 2021)
[49] Syaikh Abdussalâm as -Sulaymân, Loc.Cit. iv-vii.
[50] Ibid.
Posting Komentar