MATERI PENDIDIKAN ANAK

 


MATERI PENDIDIKAN


A.  KONSEP MATERI PENDIDIKAN

Secara umum konsep pendidikan mengacu pada makna asal kata yang membentuk kata pendidikan itu sendiri dalam hubungannya dengan ajaran Islam. Dalam hal ini akan dirunut hakikat pendidikan yang sekaligus menggambarkan apa yang dimaksud dengan pendidikan menurut pengertian secara umum. Konsep tersebut memuat beberapa hal yaitu sebagai berikut:  

1.    Pengertian Materi pendidikan

Materi merupakan progam dalam kurikulum yang berisi tema-tema pembelajaran yang telah ditentukan, yang mengandung berbagai keterampilan, baik yang bersifat aqliyah, jasadiyah, dan berbagai cara mengkajinya atau mempelajarinya. Dalam dunia pendidikan pastinya akan ada suatu perencanaan dan juga komponen-komponen yang harus ada dalam prosesnya. Salah satunya adalah materi dan kurikulum.

Materi pendidikan adalah suatu komponen system pembelajaran yang memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Materi pembelajaran merupakan salah satu sumber belajar yang berisi pesan dalam bentuk konsep, prinsip, definisi, gugus isi atau konteks, data maupun fakta, proses, nilai, kemampuan dan keterampilan. Materi yang dikembangkan guru hendaknya mengacu pada kurikulum atau terdapat dalam silabus yang penyampaiannya disesuaikan dengan kebutuhan dan lingkungan siswa.[2]

Pendidikan dalam kamus bahasa Indonesia berasal dari kata “didik” yang mengandung arti memberi ajaran atau tuntunan mengenai tingkah laku dan kesopanan dan kecerdasan pikiran.  Lalu diberi awalan “pe” dan ”an” menjadi kata “pendidikan” yang mengandung arti proses dan perubahan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.[3] Setidaknya, ada tiga istilah yang lazim digunakan dalam pendidikan Islam, yaitu tarbiyah, ta’lim, ta’dib[4]

Menurut Amirulloh Syarbini Materi pendidikan adalah semua bahan pelajaran (pesan, informasi, pengetahuan, dan pengalaman) yang disampaikan kepada peserta didik. Materi pendidikan ini juga disebut sebagai istilah kurikulum, karena kurikulum menunjukkan makna pada materi yang disusun secara sistematis dan sekaligus untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.[5]

 

 

2.    Hakekat Materi pendidikan       

Hakikat dari materi pendidikan ini tidak terlepas dari kurikulum yang telah diajarkan kepada anak didik di sekolah. Dalam sudut pandang Prayitno, semua materi pendidikan dari kurikulum, diharapkan dapat memberikan kekuatan belajar bagi siswa yang secara dinamik, dan optimal, yang tergabung kedalam lima dasar  diantaranya;

1) iman dan takwa dari unsur-unsur takwa, fitrah, kesusililaan, keberagaman.

2) inisiatif dari unsur daya karsa, daya rasa.

3) individu dari unsur individual, daya cipta dan daya rasa.

4) interaksi dari unsur makhluk paling sempurna dan paling tinggi derajatnya, kesusilaan dan daya rasa.

5) komponen ini, merupakan dasar dari hakikat materi pendidikan untuk ke arah tingkah laku yang baik dalam kehidupan sehari-hari, bermasyarakat maupun bernegara.[6]

3.    Langkah-langkah menyususn materi pendidikan

Adapun langkah-langkah menyususn materi pendidikan diantananya adalah a) Identifikasi standar kompetensi dan kompetensi dasar, b) Identifikasi Jenis-Jenis Materi Pendidikan. c) Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompetensi dan  kompetensi dasar.

Menurut Iskandar Agung yang dapat menjadi acuan bagi guru untuk mengembangkan gagasan atau ide dan perilaku kreatif berkaitan dengan merancang dan menyiapkan materi pendidikan:

a. Menentukan bahan ajar atau materi pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik

b. Menentukan tujuan pembelajaran dan masing-masing bahan ajar atau materi pembelajaran

c. Memilih bahan ajar atau materi pembelajaran yang dinilai sulit dan mudah diterima oleh peserta didik

d. Merancang cara pemberian dan membangkitkan perhatian dan motivasi belajar siswa, melalui contoh, ilustrasi, gaya bahasa yang digunakan dan lain sebagainya.

e. Merancang cara untuk menimbulkan keaktifan dalam pembelajaran siswa, berupa pemberian tugas mencari bahan ajar, eksperimen, simulasi, diskusi, pekerjaan rumah dan lain sebagainya.

f. Merancang cara pemberian pengulangan terhadap bahan ajar yang dinilai sulit melalui tes kecil, pemberian tambahan waktu belajar, pemberian tugas atau pekerjaaan rumah dan lain sebagainya.

g. Merancang cara memberikan tantangan belajar yang perlu diatasi bersama oleh siswa, baik individual maupun berkelompok, seperti menugaskan membaca dan menyimpulkan hasil, tugas kelompok, pengenalan lingkungan sekitar, memberikan tugas kliping koran dengan tema sesuai dengan materi pelajaran dan memberi kesimpulan dan lain sebagainya. h.Merancang cara untuk balikan dan penguatan, berupa tes kecil harian, pemberian tugas atau latihan, pemberian jam pelajaran tambahan untuk  penguatan dan lain sebagainya. i.Memperhatikan perbedaan karakteritik kemampuan siswa, membedakan kelompok siswa pintar, sedang dan kurang, serta perlakuan yang akan diberikan. j.Menyusun rencana kerja.[7]

 

4.    Aspek – Aspek  Materi    Pendidikan

Aspek menurut kamus KBBI bahwa aspek memiliki pengertian yaitu sudut pandang, gagasan, masalah, situasi, dan sebagai pertimbangan yang dilihat dari sudut pandang tertentu.

Menurut Zainuddin, bahwa aspek-aspek pendidikan itu terdiri dari pendidikan keimanan, pendidikan akhlak, pendidikan sosial, dan pendidikan jasmani. Menurut Mohammad Daud Ali dalam bukunya pendidikan agama islam, aspek-aspek ajaran Islam meliputi ilmu kalam, ilmu fiqih, ilmu tasawuf, ilmu politik, ilmu masyarakat dan ilmu pendidikan.

Kalau kita mempelajari lebih dalam mengetahui  materi pelajaran ,maka kita akan dapat melihat adanya berbagai aspek yang antara lain : konsep fakta, proses, nilai keterampilan , bahkan juga terdapat sejumlah masalah-masalah  yang ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Istilah – istilah tersebut pada garis besarnya ialah :

a). Konsep adalah suatu idea tau gagasan atau suatu pengertian yang umum, misalnya meliputi definisi lingkaran,.

b). Prinsip adalah suatu kebenaran dasar sebagai titik tolak untuk berpikir atau merupakan suatu petunjuk untuk berbuat / melaksanakan sesuatu  meliputi dalil, rumus, postulat, teorema.

c). Fakta adalah sesuatu  yang telah terjadi atau yang telah dikerjakan/dialami.Mungkin berupa hal , objek atau keadaan. Jadi  bukan sesuatu yang diinginkan  atau pendapat atau   teori.

d). Proses adalah serangkaian perubahan , gerakan – gerakan perkembangan . Suatu proses dapat terjadi secara sadar tidak disadari. Dapat  juga merupakan cara melaksanakan kegiatan operasional (misalnya di pabrik) atau proses pembuatan tempe, proses perubahan warna pada daun yang kena hama wereng dan sebagainya.

e).  Nilai adalah suatu pola, ukuran atau merupakan suatu tipe atau model . Umumnya nilai bertalian dengan pengakuan atau kebenaran yang bersifat umum, tentang baik atau buruk.

f).  Keterampilan adalah kemampuan berbuat sesuatu dengan baik. Berbuat dapat berarti secara jasmaniah ( menulis, berbicara dan sebagainya) Biasanya kedua aspek tersebut tidak terlipas satu sama lain.

Aspek-aspek tersebut , perlu menjadi dasar pertimbangan dalam  menentukan bahan pelajaran dan rinciannya.Sesuatu satuan bahasan yang telah ditentukan perlu dianalisis lebih lanjut tentang konsep- konsep apa yang terkandung dalam topic tersebut, prinsip – prinsip apa yang perlu disampaikan dan seterusnya.

5.    Prinsip-Prinsip Penentuan Materi Pendidikan

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penyusunan materi pembelajaran adalah prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Prinsip relevansi artinya keterkaitan. Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya keajegan. Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyusunan bahan ajar atau materi pembelajaran. Prinsip-prinsip dalam pemilihan materi pembelajaran  meliputi prinsip relevansi, konsistensi, dan kecukupan. Sehubungan dengan pengembangan materi pembelajaran ada beberapa prinsip dalam menyusun dan memilih materi pembelajaran, yang harus diperhatikan, yaitu:[10]

1. Prinsip relevansi (keterkaitan).

Materi pembelajaran hendaknya relevan atau ada hubungannya dengan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebagai contoh, jika kompetensi yang diharapkan dapat dikuasai siswa berupa menghafal fakta, maka materi yang diajarkan harus berupa fakta atau bahan hafalan.

2. Prinsip konsistensi (keajegan).

Apabila kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.

3. Prinsip kecukupan.

Prinsip ini berarti materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit, akan kurang membantu mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan membuang-buang waktu dan tenaga yang tidak perlu untuk mempelajarinya.

6.    Kriteria Pemilihan Materi Pendidikan     

Kriteria utama pemilihan materi pendidikan atau materi pembelajaran adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini berarti bahwa materi pendidikan yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi pendidikan yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar.[11] Adapun kriterianya sebagai berikut:

a)      Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu ,pemilihan materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran – ukuran (criteria) yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan. Kriteria pemilihan materi pelajaran yang akan dikembangkan dalam system instuksional dan yang mendasari penentuan strategi belajar mengajar:

b)      Kriteria tujuan istruksional

Suatu materi pelajaran yang terpilih dimaksudkan untuk mencapai tujuan instruksional khusus atau tujuan – tujuan tingkah laku. Karena itu, materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan – tujuan yang telah dirumuskan.

c)      Materi pelajaran supaya terjabar

Perincian materi pelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap TIK telah dirumuskna secara spesifik, dapat diamati dan terukur. Ini berarti terdapat keterkaitan yang erat antara spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pelajaran.

d)      Relevan dengan kebutuhan siswa

Kebutuhan siswa yang pokok adalah bahwa mereka ingin berkembang berdasarkan  potensi yang dimilikinya. Karena berkembang berdasarkan potensi yang dimilikinya. Setiap materi pelajaran yang akan disajikan hendaknya sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh. Beberapa aspek di antaranya adalah pengetahuan ,sikap, nilai dan keterampilan.

e)      Kesesuaian dengan kondisi masyarakat

Siswa dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat yang berguna dan mampu hidup   mandiri. Dalam hal ini, materi pelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.

f)       Materi pelajaran mengandung segi-segi etik

Materi pelajaran yang akan dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak.Pengetahuan dan keterampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pembelajaran yang telah mereka terima di arahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai dengan system nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakatnya. Materi pelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis. Setiap materi pelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topic masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan factor perkembangan psikologis siswa . Dengan cara ini diharapkan isi materi tersebut akan lebih mudah diserap oleh si siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.

g)      Materi pelajaran bersumber dari buku sumber yang baku, pribadi guru yang ahli, dan masyarakat. Ketiga factor ini perlu diperhatikan dalam memilih materi pelajaran. Buku sumber    yang baku umumnya disusun oleh para ahli dalam bidangnya dan disusun berdasarkan GBPP yang berlaku, kendatipun belum tentu lengkap sebagaimana yang diharapkan. Guru yang ahli penting, oleh sebab sumber utama memang adalah guru itu sendiri.  Guru dapat menyimak semua hal yang dianggapnya perlu utuk disajikan kepada para siswa berdasarkan ukuran pribadianya. Masyarakat juga merupakan sumber yang luas,bahkan dapat dikatakan sebagai materi belajar yang paling besar.

B.                  MATERI PENDIDIKAN ANAK 

Islam menuntun untuk memberikan pendidikan kepada anak. Dalam kitab Tarbiyah al-Awlad fi Al-Islam, karya Abdullah Nashih Ulwan, dalam Alquran atau hadis Nabi Muhammad SAW, telah diterangkan tentang tata cara mendidik anak. Dalam karyanya itu, Abdullah Nashih Ulwan, menegaskan prasyarat pendidikan harus dimulai sejak dini. Ketika anak masih berada dalam kandungan, seorang ibu harus rajin mengajarkan akhlak yang positif.

Kewajiban orang tua terhadap anak salah satunya adalah mendidik anaknya dan memberikan hak asuhSetiap anak yang dilahirkan oleh orang tuanya berhak mendapatkan asuhan, yakni memperoleh pendidikan dan pemeliharaan untuk mengurus makan, minum, pakaian dan kebersihan si anak pada periode kehidupan pertama (sebelum ia dewasa). Sebab Pendidikan anak adalah hal penting yang wajib diperhatikan, sebagai mana dijelaskan dalam kita tarbiyatul aulad karya syaikh Abdusslam Bin Abdillah As Sulaiman bahwa pendidikan anak merupakan perkara penting yang wajib diperhatikan dan diimplementasikan oleh setiap muslim, apalagi hal ini mengandung upaya di dalam merealisasikan bimbingan Nabi di dalam mendidik anak.

Menurut Abdullah nashi ulwan dalam bukunya yang berjudul “pendidikan anak dalam islam menerngkan bahwa ada tujuh hal yang perlu ditanamkan oleh guru maupun orang tua kepada anak-anaknya diantara ketujuh tersebut adalah sebagai berikut: Pendidikan keimanan          , Pendidikan Moral      , Pendidikan Fisik, Pendidikan Intelektual            ,Pendidikan Psikis(mental)      , Pendidikan Sosial      dan Pendidikan Seksual.

Sesuai dengan dasar, tujuan dan kompetensi pendidikan anak, maka ada beberapa materi pokok yang harus diajarkan kepada anak-anak. Dalam konsep Islam, secara umum materi yang harus diajarkan kepada anak, sama dengan materi dasar ajaran Islam yang terdiri dari bidang aqidah, ibadah, dan akhlak. Dalam pembelajaran terhadap anak usia dini, tentu saja uraian materi yang diberikan tidaklah sama dengan yang diberikan kepada orang dewasa, meskipun masih berada dalam lingkup akidah, ibadah dan akhlak.  Selain materi-materi tersebut di atas, anak pada usia dini juga masih perlu diberikan materi  pendidikan tentang kesehatan dan kebersihan badan, gerak badan (olah raga), belajar bermain dengan teman sebaya, belajar membaca dan menulis latin, belajar menghitung, menggambar, melipat, dan hal-hal lain yang bermanfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan psiko motoric anak.[15]

Adapun materi belajar bagi anak yaitu materi usia lahir sampai 3 tahun dan materi untuk anak usia 3 tahun ke atas.

1.                  Materi usia lahir sampai 3 tahun.

Pengembangan materi pembelajaran untuk usia lahir sampai 3 tahun meliputi a) pengenalan diri sendiri ( perkembangan konsep diri), b) Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi), c  Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial), d) Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik), e) Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa), f) Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif).[16]

2.                   Materi untuk anak usia 3 tahun ke atas

Pengembangan materi untuk anak usia 3 tahun ke atas meliputi:

a) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.

b)Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.

c) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.

d) Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.

e) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.

f) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.

g) Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang mewakili. Untuk mewadahi proses belajar bagi anak usa dini pendidik harus dapat melakukan penataan lingkungan main, menyediakan bahan–bahan main yang terpilih, membangun interaksi dengan anak dan membuat rencana kegiatan main untuk anak.[17]

Begitu juga penulis akan menjelaskan mengenai beberapa materi pendidikan anak yaitu materi pendidikan  keimanan         , pendidikan moral      , pendidikan fisik, pendidikan intelektual       , pendidikan psikis(mental)            ,pendidikan sosial        dan materi pendidikan seksual.

 

 

 

1.                  Materi Pendidikan  keimanan        

Kata Keimanan berasal dari Bahasa Arab yaitu bentuk masdar dari kata kerja (fi’il), “ايمانا - يؤمن- امن ” yang mengandung beberapa arti yaitu percaya, tunduk, tentram dan tenang. Imam Al Ghazali memaknakannya dengan kata tashdiq (التصديق) yang berarti “pembenaran”. Pengertian Iman adalah membenarkan dengan hati, diikrarkan dengan lisan dan dilakukan dengan perbuatan.[18]

Syekh Abu Bakar Jabir al Jaza’iri mengatakan bahwa keimanan atau aqidah  adalah serangkaian kebenaran aksiomatik yang dapat diterima akal sehat, pendengaran, fitrah dan diyakinin dalam hati manusia, dipastikan kebenaran dan keberadaannya di yakini secara otomatis kebalikannya tidak benar dan sama sekali tidak ada.[19] Kebenaran itu dipatrikan dalam hati serta diyakini kebenarannya dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan hal tersebut. Abu Fati`ah al adnani dan Abu Ammar berpendapat bahwa aqidah adalah apa saja yang di yakini (dengan hati) oleh seseorang.  Jika dikatakan “Dia aqidahnya benar” berarti aqidahnya bebas dari keraguan.[20]

Adapun rincian dari materi pendidikan keimanan bagi anak terdapat dalam rukun iman, diantara rukun iman tersebut adalah:

1. Keimanan kepada Allah SWT

Beriman kepada Allah artinya adalah berikrar dengan macam-macam tauhid yang tiga, serta ber-'itiqad dan beramal sholeh dengannya, yaitu 1) tauhid rububiyah, 2) Tauhid uluhiyah, dan 3) tauhid asma' wa sifat. Maksud dari kata tauhid adalah seorang hamba meyakini bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), maupun Asma` dan Sifat-Nya.[21]

Beriman kepada Allah adalah keimanan yang sempurna karena Allah pencipta dan pengatur semua makhluk di bumi ini dalam pendidikan keimanan kepada Allah memiliki kedudukan penting karena itu pendidikan Harus mengajarkan bagaimana mengenalkan Allah dengan ciptaan ciptaannya Yang Maha hebat dan mengenalkan karunia-karunia nya.[22]

Imam Nawawi menjelaskan bahwa beriman kepada Allah azza wa jalla mencakup 4 hal, yakni:

a)    Beriman dengan wujud Allah SWT

b)   Beriman kepada rububiyyah Allah SWT

c)    Beriman kepada uluhiyyah Allah SWT, dengan maksud membenarkan dan meyakini bahwa hanya Allah SWT, Tuhan yang berhak disembah, dan semua sesembahan selain-Nya adalah bathil. Sebagaimana Rasulullah saw telah sebutkan di dalam hadis yang artinya:

Dari Muaz   bin Jabal radhiallahuanhu dia berkata :Saya berkata : Ya Rasulullah,beritahukan saya tentang perbuatan yang dapat memasukkan saya ke dalam surgadan menjauhkan saya darineraka, beliau bersabda: Engkautelah bertanya tentang sesuatu yang besar, dan perkara tersebut mudah bagi mereka yang dimudahkan Allah taala, :Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukannya sedikitpun,..(Riwayat Turmuzi dan diaberkata: Haditsnya hasan shahih)[23]

a.                    Beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat-Nya

2. Keimanan kepada Malaikat

Secara etimologi kata Malaikat berasal dari Arab, malak (ﻚﻠﻣ) yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata mashdar al-alukah yang berarti risalah atau misi, kemudian sang pembawa misi biasanya disebut dengan ar-rasul.. Malaikat adalah bentuk jamak dari kata masdar AlMulukah yang berarti Ar-Risalah (misi atau pesan).[24] Malaikat adalah makhluk gaib, tidak dapat ditangkap oleh pancaindera manusia akan tetapi dengan izin allah, malaikat dapat menjelmakan dirinya seperti manusia contohny malaikat jibril menjadi manusia dihdpan Maryam.[25]

Beriman kepada para malaikat mempunyai konsekuensi terhadap seorang muslim konsekuensinya seorang muslim harus meyakini adanya kehidupan rohani yang harus dikembangkan sesuai dengan dorongan para malaikat itu.

Sebagaimana salah satu hadis pada kitab matan arbain yang berkaitan dengan iman kepada Malaikat adalah hadis kedua yang mengkisahkan kedatangan Jibril kepada Nabi Muhammad saw  dengan  menjelma sebagai seorang lakilaki yang tidak dikenal, bertujuan untuk memberikan pengajaran kepada para sahabat.[26]

3. Beriman kepada Rasulullah

kenabian itu artinya menunjukkan atau pemilihan Allah SWT terhadap salah seorang dari hambanya dengan memberinya wahyu. secara arti terminologis nabi adalah manusia biasa yang mendapatkan keistimewaan menerima wahyu dari Allah SWT.[27]

Kata Nabi berasal dari kata na-ba yang berarti 'ditinggikan', atau dari kata naba-a yang artinya beritajadi, Nabi adalah seseorang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah S.W.T. dengan memberinya wahyu. Adapun Rasul berasal dari kata arsala yang artinya 'mengutus'. Rasul berarti 'yang diutus' jadi, rasul adalah seorang yang diutus oleh Allah S.W.T. untuk menyampaikan misi ajaran (risalah).[28]

Diantara misi dan tugas kenabian yang diamanatkan untuk menyampaikan risalah yang di bawahnya; Pertama, sebagai penyampai syariat rabbani kepada manusia hal ini dijelaskan dalam surat Al-Maidah 67. Kedua, menjelaskan makna nas yang diturunkan kepada umat, dalam surat an Nahl: 44. Ketiga, menuntun umat kepada kebaikan dan agar mereka mau menghindari keburukan, surat Nahl: 125. Keempat, mendidik manusia dengan metode Rabbani.[29]

 

2.                    Materi Pendidikan Akhlak

Dalam pandangan Kholil Bangkalan bahwa Pendidikan Akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar akhlak dan Islam dalam rangka mencapai kemanusiaannya, sehingga mampu mengetahui hakikat penciptaannya sampai dengan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.[30]

Pendidikan akhlak adalah tingkah laku manusia disertai niat yang damai dalam jiwa yang berlandaskan Alquran dan Al-Hadits sehingga muncul perbuatan-perbuatan atau kebiasaan-kebiasaan secara mudah tanpa memerlukan pengarahan terlebih dahulu. Sebagaimana Rasulullah Saw sabdanya artinya: Dari Abu Hurairah r.a berkata: Bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak yang baik”. (HR. Ahmad dan Baihaqi). Dari ayat Al-Qur’an dan AsSunah Rasulullah Saw. di atas menunjukkan bahwa dasar dan pijakan pendidikan akhlak adalah Al-Qur’an dan Sunah Nabi. dari dasar dan pedoman itulah dapat diketahui kriteria suatu perbuatan itu baik ataupun buruk.[31]

Sasaran akhlak mencakup sebagai aspek, dimulai dari akhlak terhadap Allah SWT, Akhlak terhdap sesama manusia, dan akhlak terhadap lingkungan sekitarnya. Mengenai ruang lingkup akhlak Muhammad Abdullah Darraz dalam buku Dustur Akhlak Fi Al-Qur’an membagi atas lima bagian:

a.       Akhllak pribadi seperti yang diperintahkan(awamir), yang dilarang(nawahi), yang dibolehkan(mubahat), akhlak dalam keadaan darurat.[32]

b.      Akhlak berkeluarga seperti kewajiban antara orang tua dan anak, kewajiban terjadap suami istri dan kewajiban terhadap karib kerabat.

c.       Akhlak bermayarakat seperti yang dilarang, yang diperintahkan dan kaidah-kaidah adab.

d.      Akhlak bernegara seperti hubungan antara pemimpin rakyat serta hubungan luar negeri

e.       Akhlak beragama seperti kewajiban terhadap Allah SWT, kewajiban terhadap Rasul.[33]

3.                   Materi Pendidikan Akal

Menurut Al-Ghazali dapat dirumuskan bahwa akal adalah ah 1 ilmu pengetahuan yang tumbuh pada anak usia tamyiz yakni di usia anak dapat membedakan kemungkinan hal yang yang dapat terjadi dan sesuatu yang tidak mungkin tercapai di usia tamyiz yaitu pada usia 7 tahun. oleh karenanya anak dapat membedakan sesuatu yang mungkin dan yang tidak mungkin.[34] Hal ini dapat dipahami bahwa pada usia ini kemampuan anak masih terbilang sederhana dan mempunyai Suatu kaitan yang dapat dilihat dari contoh yang diberikan Al Ghazali yakni satu berbeda dengan dua, akan dapat dipahami dengan penggunaan contoh benda.[35]

4.                   Materi Pendidikan Sosial

 

Manusia pada intinya adalah makhluk sosial yang yang senantiasa berinteraksi kepada orang lain untuk keberlangsungan suatu kehidupan dimana mereka tinggal atau menetap. Semua lingkungan tempat mereka tinggal tentunya memiliki nilai dan norma yang berlaku, oleh karenanya memahami berbagai hal yang berkaitan dengan nilai dan norma misalnya kesopanan, akhlak, adat istiadat maupun yang lainnya.[36]

Pendidikan sosial berkaitan erat dengan pendidikan akhlak oleh karenanya tidak dapat dipisahkan karena hal itu itu sangat berkaitan terhadap akhlak seseorang yang yang dapat diterima di lingkungan bila Ia mempunyai perilaku yang baik maka tentu akan diterima dengan baik pula Begitupun sebaliknya bila iya berperilaku yang buruk maka tentu tidak diterima di lingkungannya. Maka dari itu pendidikan sosial sangat penting dilaksanakan untuk usia anak-anak sehingga mereka memiliki sifat dan kepribadian yang baik.[37]

 

Dalam hal ini Allah berfirman: “Dan janganlah kamu bersifat lemah dan jangan pula berduka cita, padahal kamulah orangorang yang paling tinggi derajatnya, jika kamu benar-benar orang yang beriman”QS. Al-Imran:139).

Upaya dalam melaksanakan pendidikan sosial terhadap anak antara lain:

a)    Memberikan kebutuhan emosi, dengan cara memberikan kasih sayang, pengertian, berperilaku santun dan bijak

b)   Menumbuhkan rasa percaya diri

c)    Memberikan semangat tidak melemahkan.[38]

 

5.                  Materi Pendidikan Jasmani

Dengan memenuhi kebutuhan makanan yang seimbang, memberi waktu tidur dan aktivitas yang cukup agar pertumbuhan fisiknya baik dan mampu melakukan aktivitas seperti yang disunahkan Rasulullah:“Ajarilah anakanakmu memanah, berenang dan menunggang kuda”(HR. Thabrani).[39]

Dalam pandangan Ghazali pada masa awal pertumbuhan anak merupakan masa dimana anak perlu untuk melatih fungsi organ tubuhnya memperkuat otot dan tulang serta menjaga kesehatan dan kebugaran badannya hal itu sangat berfungsi sebagai penunjang dalam proses pendidikannya.[40]

 

6.                 Materi Pendidikan Seksual

Memberikan pengetahuan dan pembelajaran seks untuk anak sangat urgensi diberikan sedini mungkin agar anak mengetahui mana yang yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan. Hal itu perlu sebab libido seksual manusia itu sendiri akan timbul dan terus berkembang. Walaupun pada umumnya beberapa asumsi mengatakan bahwa pada masa kanak-kanak tidak mengenal gairah seksual.

Menurut Teori Freud mengenai libido berasumsi bahwa anak-anak ketika menghisap jempol dianggap memiliki makna seksual, bahkan sayangnya anak kepada ibu dianggap sebagai sesuatu yang berlandaskan seks dan dihubungkan dengan kecemburuan terhadap ayahnya.[41]

Jadi pada intinya bahwa kesadaran seksualitas anak akan tumbuh mulai dari usia dini(kanak-kanak). Pendapat lain juga dapat dipahami bahwa libido bisa dimaknai dengan dorongan hasrat seksual. Wacana lain yang lebih bijaksana juga bisa dipahami bila libido tidak saja dimaknai hasrat seksual.[42]

Pendidikan seks merupakan langkah dalam mengajarkan dan mengarahkan mengkomunikasikan pengetahuan tentang seksualitas yang diberikan kepada peserta didik seperti materi fungsi organ reproduksi dengan menanamkan etika, moral, kometmen agama sehingga tidak terjerumus pada hal yang negatif terkait organ refroduksi tersebut.[43]

Dalam pandangan Nashi Ulwan pendidikan seks adalah suatu usaha dalam mendidik anak terkait problem-problem yang berhubungan dengan seksualitas, naluri dan perkawinan.[44]

Pada usia 3-5 tahun anak-anak dapat diajarkan mengenai organ tubuh dan kegunaan dari macam-macam organ tubuh, dan harus percaya diri untuk mengajarkannya seperti memperkenalkan alat kelamin si kecil, malu bila dilihat orang lain, tidak boleh menyebutkannya apalagi ditempat umum dan sebagainya. Pengajaran seperti ini dapat dilakukan orang tua terutama saat anak akan dimandikan.[45]

Sedangkan pada usia 6 sampai 9 tahun anak-anak harus diajarkan kan apa saja yang dilakukan dalam melindungi dirinya sendiri. seperti orang tua dapat mengajarkan kepada anak untuk menolak membuka pakaian menolak diraba-raba alat kelaminnya oleh temannya bahkan diberikan imbalan sekalipun dan orangtua juga bisa menggambarkan kan tentang hewan tertentu yang tumbuh dengan cepat dan terlihat jelas perbedaan jenis kelaminnya seperti anak ayam, anak kucing dan lain-lain.[46]

Kemudian Usia 10-12 tahun berikan materi terkait seks secara mendalam apa saja hal-hal yang akan berubah dari tubuh anak saat menjelang masa remaja atau pubertas. Namun hal ini tentu saja akan berbeda-beda pada setiap individunya, tinggal bagaimana kita mengajarkannya misalnya saja mentruasi yang terjadi pada kaum wanita ataupun mimpi basah pada laki-laki yang kelak seiring waktu akan mereka alami, dan semuanya itu adalah dianggap normal pada setiap manusia.[47]

 

C.                Penelitian yang Terdahulu

Kajian tentang materi pendidikan dalam Kitab Tarbiyatul Aulad Fi Dhauil Kitab Was Sunnah secara khusus Karya Abdussalam bin Abdillah As Sulaiman belum ada yang meneliti namun secara umum terkait bahasan materi pendidikan sudah ada beberapa karya ilmiah dan buku-buku yang relevan dengan permasalahan yang dikaji dan telah memberikan kontribusi yang lebih signifikan dalam rangka mengkaji dan memahami permasalahan yang dikaji, sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif. Adapun karya ilmiah yang berhubungan dengan kajian ini diantaranya sebagai berikut:

1.    Munawaroh Hidayah (2021) Konsep Dasar Materi Pendidikan Islam Dalam Kitab Minhaj Al-Muslim Karya Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri (1921 M-2018M) Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep dasar materi pendidikan Islam dalam kitab Minhâj Al-Muslim Karya Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri terdiri dari materi tauhid yaitu iman kepada Allah, beriman kepada rububiyah Allah, beriman kepada uluhiyah Allah atas semua makhluk dari yang pertama hingga yang terakhir, beriman kepada para Malaikatnya, beriman kepada kitabullah, beriman kepada para Rasul utusan Allah (Rasul-Rasul Allah), beriman kepada kerasulan Muhammad, beriman kepada hari akhir, beriman kepada qadha dan qadar.

2.    Najmi, Ahmad (2018) Pendidikan Sosial dalam Kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam karya Dr. Abdullah Nasih Ulwan. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negri (IAIN) Salatiga. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan sosial dalam kitab Tarbiyatul Aulad Fil Islam karya Dr. Abdullah Nasih Ulwan sebagai  pandangan terhadap problematika dalam proses pendidikan ditengah-tengah himpitan arus perubahan. Pendidikan sosial merupakan pendidikan yang berpegang pada etika sosial dan dasar-dasar kejiwaan yang mulia, seperti penanaman ketaqwaan, keberanian dan tanggung jawab beretika sosial bersumber pada kaidah Islam yang abadi dan perasaan keimanan yang tulus. Dengan tujuan agar anak tampil di mamsyarakat sebagai generasi yang mampu berinteraksi sosial dengan baik, beradab, dan berperilaku yang bijaksana.dan bertanggung jawab. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

BIOGRAFI ‘ABD ALLÃH BIN ‘ABD ALLÃH AL-SULAIMÃN

A.  Boigrafi Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn

1.      Riwayat Hidup Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn

Nama asli Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn adalah Abd al-Salam bin Abdullah bin Muhammad al-Suleiman Ia adalah Abd al-Salam bin Abdullah bin Muhammad al-Suleiman, dari Nawasir, dari suku Bani Tamim, dan dari pihak ibu, garis keturunannya kembali ke keluarga Husain dari Nawassir dari Bani Tamim. Ia lahir di kota Riyadh.[48]

Syekh Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn adalah salah satu Murid Yang Mulia Syekh Abdul Aziz bin Baz, yang mendidiknya dari tahun 1407 H, menemaninya dan mengikuti pelajaran sampai kematiannya.

Syekh tersebut adalah murid dari Syekh Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan. Sejak ia tinggal bersamanya dari tahun 1408 H hingga sekarang, dan ia mengurusi banyak kitab dan ilmu Syekh, yang mencapai 83 jilid, dan ia juga mempelajari sekelompok ulama, termasuk para Mufti Kerajaan Arab Saudi.  Sheikh Abdul Aziz Al Sheikh, Sheikh Abdullah bin Jibreen, Sheikh Abdul Rahman Al Barrak dan Sheikh Abdul Aziz Al-Rajhi, Sheikh Saleh Al-Sadlan, dan ulama lainnya.

Partisipasi dalam komite advokasi di luar Kerajaan di Belanda, Amerika, Pantai Gading, Jerman dan Puerto Rico (di Laut Karibia), dan negara lain, kurang lebih lima puluh negara di bawah bimbingan Sheikh Abdul Aziz bin Baz.

Sheikh ‘Abd al-Salam bin Abdullah bin Muhammad al-Sulaiman menyampaikan terima kasih dan penghargaannya kepada penjaga dua Masjid Suci Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud, semoga Tuhan melindunginya, setelah dikeluarkannya perintah kerajaan yang mengangkatnya sebagai anggota Dewan Cendekiawan Senior.

 

2.      Latar Belakang Pendidikan Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn

Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn menempuh pendidikan, yang mana tingkat pendidikan yang diraihnya hingga memperoleh gelar doktor ilmu hukum komparatif dari Higher Judicial Institute di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, dengan pesan yang berjudul: “Pilihan yuris prudensi Syekh Muhammad Ibn Ibrahim dan pandangan kontemporernya”.

Ia mengajar di Sekolah Tinggi Syariah di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, kemudian di Institut Peradilan Tinggi.Pada tahun 1440 H, ia diangkat menjadi anggota Dewan Ulama Senior, dan anggota Komite Fatwa Tetap di Kerajaan Arab Saudi, kemudian diangkat sebagai Dekan Lembaga Peradilan Tinggi Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud di Riyadh disamping keanggotaannya di Dewan Ulama Senior, dan Komite Fatwa Tetap.

Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud adalah universitas pemerintah Saudi yang berlokasi di Riyadh, ibu kota Kerajaan Arab Saudi. Didirikan pada tahun 1373 H. -1953 diwakili oleh Sekolah Tinggi Ilmu Syariah (sekarang dikenal sebagai Sekolah Tinggi Syariah) dan sejak itu berkembang secara radikal hingga menjadi universitas pada tahun 1394 H.-1974. Landasan bangunan universitas saat ini adalah pada tanggal 5 Januari 1982 pada masa pemerintahan Raja Khalid. Ia diresmikan pada tahun 1990. Ia memiliki 70 lembaga ilmiah di dalam Kerajaan dan cabang untuk pengabdian masyarakat di Kegubernuran Al-Ahsa, dan tiga lembaga di luar Kerajaan di masing-masing Jepang, Indonesia dan Djibouti.

3. Karya-karya Abd Allãh Bin ‘Abd Allãh Al-Sulaimãn

Dia adalah pendiri Yayasan Advokasi Amal, Pengawas Umum sistem Ata, dan Ketua Komite Pengkajian Buku Pelajaran Syariah untuk Pendidikan, Peningkatan, dan Pengembangan Masyarakat di Kementerian Pendidikan. Selain berbagai karya dan partisipasi di bidang advokasi dan pekerjaan amal, ia mengawasi dan mendiskusikan sejumlah besar tesis master di Institut Peradilan Tinggi.

Dia tinggal bersama Sheikh Abdul Aziz bin Baz dari 1407 sampai kematiannya, dan dia mempelajari banyak buku tentang:

a)      Tafsir Ibn Kathir

b)      Tafsir Al-Baghawi

c)      Kitab Monoteisme

d)      Sahih Bukhari

e)      Sahih Muslim

f)       Sunan Al-Nisa'i

Ia belajar dengan Sheikh Abdul Aziz bin Abdullah Al Sheikh, Mufti Agung Kerajaan dan kepala Dewan Cendekiawan Senior di Institut Pengadilan Tinggi. Ia belajar dengan Syekh Dr. Shaleh bin Fauzan Al-Fauzan (dari 1407 H sampai sekarang) dan mempelajarinya: Semua buku Syekh Mohammed bin Abdul Wahhab.

Anggota Dewan Cendekiawan Senior merupakan Anggota Komite Tetap Fatwa Dekan Institut Peradilan Tinggi di Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud Partisipasi dalam kursus advokasi Partisipasi dalam kursus advokasi, ceramah dan seminar di dalam Kerajaan bekerja sama dengan Kementerian Urusan Islam, dan ceramah khusus di Masjid Imam Turki bin Abdullah - Masjid Agung - yang dinominasikan oleh Mufti Kerajaan, Syekh / Abdulaziz Ibn Baz, sebagai serta kursus advokasi di pusat sosial dan advokasi dan di penjara Kerajaan dan lainnya.

B.  Deskripsi Kitab Tarbiyaah Al Aulad Fii Dhau’i Al-Kitab Wa Al-Sunnah

1.      Ringkasan Tarbiyah Al Aulãd Fî Dhau’i Al-Kitãb Wa Al-Sunnah

Buku Tarbiyatul aulad fii dhauil kitab wassunnah (pendidikan anak dalam islam) merupakan kitab yang tipis namun sarat dengan pendidikan dan pengajaran bagi kaum muslimin khususnya para orang tua dalam melahirkan generasi anak-anak yang sholih dan sholihah. Kitab Tarbiyatul aulad fii dhauil kitab wassunnah ini ada yang sudah menterjemahkan kedalam bahasa indonesia. Menjelaskan tentang pentingnya pendidikan anak dalam islam..bagaimana dan apa upaya yang ditempuh dan metode metode yang bagus untuk mendidik buah hati kita. Kitab ini juga mendapatkan rekomendasi dari Syaikh Sholih Fauzan Al Fauzan.

 

2.      Materi Kitab Tarbiyah Al Aulãd Fî Dhau’i Al-Kitãb Wa Al-Sunnah

Adapun materi pendidikan keimanan bagi anak dalam kitab Tarbiyah Al Aulãd Fî Dhau’i Al-Kitãb Wa Al-Sunnah (pendidikan anak dalam Islam) karya Abdul As Salam atau lebih lengkapnya Syaikh Abdul As salam Bin Abdullah As Syulaiman adalah sebagai berikut:

a)      Anak adalah nikmat dan hibah (karunia) allah

b)      Anak    itu    adalah    perhiasan sekaligus fitnah

c)      Doa para nabi dan orang shalih di   dalam   meminta   keturunan (anak)

d)      Manfaat anak yang shalih

e)      Kewajiban    mendidik    anak    diatas kebaikan

f)       Dua macam hidayah: pertama, Hidayah Dilâlah (arahan) waIrsyâd   (bimbingan)   wa   Bayan (penjelasan). Kedua :Hidayah Taufîq wa Ilhâm wa Qobul (penerimaan).[49]

g)      Langkah-langkah praktis di dalam mendidik anak seperti :(1).Memulai dari memperbaiki diri sendiri, (2) Memilih Ibu (Isteri), (3).Menyebut   nama    Allâh sebelum jima’ dengan isteri, (4).Memperhatikan ibu yang sedang hamil, Al-Bisyaroh   (Bergembira   dan   menyampaikan kabar gembira) dengan kelahiran anak, dan Sujud Syukur, (5). Keutamaan Mendidik Anak Perempuan di dalam Islam, (6). Adzan Di Telinga Bayi Yang Baru Lahir, (7) Sunnah yang sepatut-nya dipraktekkan seorang muslim adalah Tahnîk, (8). Memberi  Nama  dan Kuniyah yang baik, (9) Aqiqah dan Mencukur Rambut., (10).Menyusui Sang Bayi, (11). Berdoa, (12). Mengajarkan Kalimat Tauhid kepada anak-anak mereka untuk beradab dan berakhlaq yang baik, (13). Membiasakan mereka untuk beradab dan berakhlaq yang baik, (14).Berlemah lembut dan bercanda dengan anak, (15). Membersihkan rumah  dari  permainan  yang  sia-sia dan alat-alat music, (16). Melindungi rumah dengan Bacaan al-Qur’an, Dzikir dan Sholat di dalamnya.[50]

 

3.      Keistimewaan kitab Tarbiyah Al Aulãd Fî Dhau’i Al-Kitãb Wa Al-Sunnah

Keistimewaan kitab Tarbiyah Al Aulãd Fî Dhau’i Al-Kitãb Wa Al-Sunnah adalah kitab ini tidak terlalu tebal sehingga lebih cepat dalam menemukan isi kandungan atau kesimpulan dari kitab tersebut. Walau terbilang tipis kitab ini, sangat lengkap dan sarat dengan pendidikan dan pengajaran bagi kaum muslimin khususnya para orang tua dalam mendidik anak dan melahirkan generasi yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.

 



[1] Hasbi Siddiq, Hakikat Pendidikan Islam:Jurnal kependidikan ( Sorong: Al Riwayah, 2016), h. 89.

[2] Darwin Syah, Perencanaan System Pengajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), h. 69.

[3] Em Zulfajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia EdisiRevisi, Jakarta, Difa Publisher, 2008,h.254

[4] Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 70

[5] Saadah Erlina, Jurnal Iimiyah Kependidikan: Hakekat Materi Pendidikan, (Banjarmesin: Lentera, 2019), h.141.

[6] Ibid. h. 144.

[7] Iskandar Agung, Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran bagi Guru, (Jakarta: Penerbit

Bestari Buana Murni, 2010), h. 54-55

[8] Hayu Nuski, Aspek-Aspek Materi  Pendidikan Dalam Al-Qur’an  Dengan Term Al-Hisab (Batusangkar: Skripsi, 2018), h. 10

[9] Ibid, h.19

 

[10] Hamid Darmadi, Kemampuan Dasar Mengajar (Bandung: Alfabeta, , 2010) h. 213

[11] Yurnalis Nurdin, Langkah-Langkah Pemanfaatan Materi Pembelajaran Ips, (Bandung: Journal, 2017), h. 4.

[13] Iim Fahimah, Kewajiban Orang Tua terhadap Anak dalam Perspektif Islam (Bengkulu: Hawa, 2019), h. 39.

[14] Syaikh Abdussalâm as -Sulaymân, Panduan Mendidik Anak, 2017.

[15] Ibid. h.220.

[17] Ibid.

[18] Ruri Liana Anugrah Dkk, Islam , Iman dan Ihsan dalam Kitab Matan Arba ‘ in an- Nawawi: Studi Materi Pembelajaran Pendidikan Islam dalam Perspektif Hadis Nabi Saw (Riau: Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, 2019), h. 33.

[19] Dibyo Widodo, Konsep Pendidikan Aqidah Persfektif Syekh Abdurrazzaq Bin Abdul Muhsin Al Badr dan Relevansinya Terhadap Pendidikan Aqidah Saat Ini, n.d.

[20] Abu Ammar dan Abu Fati`ah Al Adnani , Mizanul Muslim, Jakarta, Cordova Mediatama, 2009, h.81

[21] Syaikh Muhammad bin Ibrahim At-Tuwaijri, Ringkasan Fiqih Islam (Islam house, 2009),

h. 11.

[22] Hasbiyallah dan Moh. Sulhan, Hadis Tarbawi (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2015), h.64

[23] Ruri Liana Anugrah et al., Loc.Cit. h. 39.

[24] Azhari & Urka Adzanmi Jarnawi, “Implementasi Prinsip Yakin pada Rukun Iman dalam Konseling Islam: Aceh: Jurnal Bimbingan, Penyuluhan, Konseling, dan Psikoterapi Islam, 2020),

h. 256.

[25] Muhammad daud ali, Pendidikan Agama Islam ( Jakarta: Rajawali, 2011), h. 209.

[26] Ruri Liana Anugrah et al., Loc.Cit.

[27] Didiek Ahmad Supadi Dan Sarjuni, Pengantar Studi Islam ( Jakarta: Rajawali Fers,

2012), h.157

[28] Ruri Liana Anugrah et al., Loc.Cit.

[29] Didiek Ahmad Supadi dan Sarjuni, Loc Cit, h.161

[30] Salsabila Krida dan Firdaus Anis Husni, Pendidikan Akhlak Menurut Syekh Kholil Bangkalan, (Ciamis: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam, 2018), h. 42.

[31] Ibid. h. 44.

[32] Rosihon Anwar, Op.Cit. h. 29-30.

[33] Ibid.

[34] Jannah Sitti Riyadil, Konsep Pendidikan Anak Dalam Perspektif Al-Ghazali: Implikasinya dalam Pendidikan Agama Islam (Kendari: Jurnal Ta’dib, 2013), h.50.

[35] Ibid.

[36] Ibid.

[37] Ibid.

[38]Ibid. h.119.

[39]Ibid. h.118.

[40] Jannah Sitti Riyadil, Loc.Cit.h. 51.

[41] Roqib Moh, Pendidikan Seks pada Anak Usia Dini, (Porwokerto: Insani, 2008), h. 3.

[42] Ibid.

[43] Ratnasari Risa Fitri dan M. Alias, Pentingnya Pendidikan Seks untuk Anak Usia Dini, (Bandung: Jurnal Tarbawi Khatulistiwa, 2016), h. 56.

[44]Aziz Safrudin, Pendidikan Seks Bagi Anak Berkebutuhan Khusus (Porwokerto: Kependidikan, 2014), h. 186.

[45] Risa Fitri Ratnasari dan M dan Alias, Loc.Cit. h. 56.

[46] Ibid.

[47] Ibid.

[48] https://ar.wikipedia.org/wiki (Tanggal 27 Mei 2021)

[49] Syaikh Abdussalâm as -Sulaymân, Loc.Cit. iv-vii.

[50] Ibid.

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama