Surah At Tin Arab, Latin, Terjemahan, Tajwid Perayat, Asbabun Nuzul, Tafsir dan Isi Kandungan

 Belajar Tashsin Surah At Tin

Oleh: Ihwanuddin

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

    Alhamdulilah, segala puji serta syukur bagi Allah SWT, hari ini masih bisa hidup dan diberikan kenikmatan mendengar, melihat dan merasakan. Sungguh suatu karunia yang sangat besar dari tuhan yang diberikan kepada kita. Untuk itu mari kita sama-sama untuk selalu senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang mulia ini. Salah satu bukti rasa syukur kita kepada Allah Yakni mempelajari Al-Qur'an. Rasulullah SAW, bersabda:

خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

    Artinya:“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”

 Masih dalam hadits riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin Affan, tetapi dalam redaksi yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi SAW, bersabda:


إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ

    Artinya: “Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar     Al-Qur`an dan mengajarkannya.”

    Dalam dua hadits di atas, terdapat dua amalan yang dapat membuat seorang muslim menjadi yang terbaik di antara saudara-saudaranya sesama muslim lainnya, yaitu belajar Al-Qur`an dan mengajarkan Al-Qur`an. Pada kesempatan ini, kita akan membahas materi QS. At Tin. 

Mari kita Perhatikan dan pahami materi QS. At Tin dibawah ini:

a. Ayat, Latin dan Terjemah

Gambar QS. At Tin

wat-tīni waz-zaitụn, wa ṭụri sīnīn, wa hāżal-baladil-amīn, laqad khalaqnal-insāna fī    aḥsani taqwīm, ṡumma radadnāhu asfala sāfilīn, illallażīna āmanụ wa 'amiluṣ-ṣāliḥāti fa lahum ajrun gairu mamnụn, fa mā yukażżibuka ba'du bid-dīn, a laisallāhu bi`aḥkamil-ḥākimīn.

    Artinya: "Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran" (QS. Al-‘Asr: 1-3). Surat Al Ashr (العصر) adalah surat ke-103 dalam Al Quran. Berikut ini terjemahan, asbabun nuzul, dan tafsir Surat Al Ashr. Surat ini terdiri dari tiga ayat dan merupakan Surat Makkiyah. Ia merupakan surat ke-13 yang diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Yakni setelah surat Al Insyirah, sebelum surat Al Adiyat.

b. Tawid

Ayat 1:

(-) 1. Alif lam syamsiyah karena huruf alif lam bertemu huruf syamsiyah ta. Dibaca idgham (masuk ke huruf ta ).
(-) 2. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf ta berharakat kasrah bertemu ya sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 3. Alif lam syamsiyah karena huruf alif lam bertemu huruf syamsiyah zai. Dibaca idgham (masuk ke huruf zai ).
(-) 4. Mad lin karena huruf ya' sukun didahului oleh huruf zai berharakat fathah. Dibaca panjang 2 harakat.
(-) 5. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat.

Ayat 2:

(-) 1. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf tha berharakat dhamah bertemu wau sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 2. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf sin berharakat kasrah bertemu ya sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 3. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat.

Ayat 3:

(-) 1. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf ha berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu huruf hamzah, huruf yang disukun, huruf diwaqaf, dan huruf bertasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 2. Alif lam qamariyah karena huruf alif lam bertemu huruf ba. Dibaca secara jelas.
(-) 3. Alif lam qamariyah karena huruf alif lam bertemu huruf hamzah. Dibaca secara jelas.
(-) 4. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat.

Ayat 4:

(-) 1. Qalqalah sughra karena huruf qalqalah dal berharakat sukun dan posisinya di tengah kalimat. Cara membacanya dipantulkan secara ringan.
(-) 2. Qalqalah sughra karena huruf qalqalah qaf berharakat sukun dan posisinya di tengah kalimat. Cara membacanya dipantulkan secara ringan.
(-) 3. Alif lam qamariyah karena huruf alif lam bertemu huruf hamzah. Dibaca secara jelas.
(-) 4.Ikhfa karena huruf nun sukun bertemu huruf sin. Cara membacanya samar dengan dengung dan ditahan selama 3 harakat. Pada waktu mengucapkan huruf nun mati, sikap lidah dan bibir dipersiapkan menempati huruf sin.
(-) 5. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf sin berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 6. Mad jaiz munfasil alasannya karena huruf mad bertemu hamzah di lain kata. Dibaca panjang 2, 4 atau 5 harakat.
(-) 7. Qalqalah sughra karena huruf qalqalah qaf berharakat sukun dan posisinya di tengah kalimat. Cara membacanya dipantulkan secara ringan.
(-) 8. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf.

Ayat 5:

(-) 1. Ghunnah sebab mim bertanda tasydid dan cara membacanya dengan dengung serta ditahan 3 harakat.
(-) 2. Qalqalah sughra karena huruf qalqalah dal berharakat sukun dan posisinya di tengah kalimat. Cara membacanya dipantulkan secara ringan.
(-) 3. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf nun berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 4. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf sin berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 5. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat.

Ayat 6:

(-) 1. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf dzal berharakat kasrah bertemu ya' sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 2. Mad badal karena huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata akan tetapi posisi hamzah lebih dahulu dari huruf mad. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 3. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf nun berharakat dhamah bertemu wau sukun dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 4. Ada dua hukum di sini, pertama alif lam syamsiyah karena huruf alif lam bertemu huruf syamsiyah shad. Dibaca idgham (masuk ke huruf shad ). Kedua, mad asli atau mad thabi’i karena huruf shad berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 5. Mad asli atau mad thabi’i karena huruf ha' berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 6.Idzhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu dengan huruf hamzah. Cara membacanya dengan jelas.
(-) 7. Qalqalah sughra karena huruf qalqalah jim berharakat sukun dan posisinya di tengah kalimat. Cara membacanya dipantulkan secara ringan.
(-) 8. Idzhar halqi atau idzhar sebab huruf ra berharakat dhamah tanwin bertemu huruf ghain. Dibaca jelas tidak berdengung sama sekali.
(-) 9. Mad lin karena huruf ya' sukun didahului oleh huruf ghain berharakat fathah. Dibaca panjang 2 harakat.
(-) 10. Idzhar syafawi karena huruf mim sukun bertemu dengan huruf nun. Cara membacanya dengan jelas.
(-) 11. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat.

Ayat 7

(-) 1.Mad asli atau mad thabi’i karena huruf mim berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 2. Alif lam syamsiyah karena huruf alif lam bertemu huruf syamsiyah dal. Dibaca idgham (masuk ke huruf dal ).
(-) 3.Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat

Ayat 8:

(-) 1.Mad lin karena huruf ya' sukun didahului oleh huruf lam berharakat fathah. Dibaca panjang 2 harakat.
(-) 2. Tafkhim karena lafaz Allah didahului oleh huruf hijaiyah sin berharakat fathah. Cara membacanya tebal.
(-) 3. Alif lam qamariyah karena huruf alif lam bertemu huruf ha'. Dibaca secara jelas.
(-) 4.Mad asli atau mad thabi’i karena huruf ha' berharakat fathah bertemu alif dan setelahnya tidak bertemu hamzah, sukun, waqaf, dan tasydid. Cara membacanya panjang 2 harakat.
(-) 5. Mad arid lissukun karena huruf mad jatuh sebelum huruf yang diwaqaf. Cara membacanya dengan dipanjangkan 2 sampai 6 harakat.

c. Asbabun nuzul

    Penulis menemukan asbab al-nuzūl ayat ke 5 yaitu Ibnu Abbas meriwayatkan, ayat ini diturunkan berkenaan dengan beberapa orang yang dipanjangakan usianya hingga menjadi pikun pada zaman Rasulullah. (HR Ibnu Jarir).

    Suatu saat terdapat salah satu sahabat nabi yang bertanya tentang bagaimana amalan seorang hamba jika hamba tersebut mengalami pikun atau kondisi saat berkurangnya daya ingat seseorang atau memori yang dimiliki seseorang mengalami penurunan. Setelah pertanyaan tersebut datang kepada Nabi, akhirnya Allah menurunkan surat At Tin untuk memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang telah sampai masa tua dan mengalami pikun tetap akan mendapatkan pahala yang terus mengalir. Surat ini juga berisi tentang peringatan yang ditujukan kepada manusia.


d. Tafsir Surat At-Tin, ayat 1-8

وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ
    Artinya: “Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun". (QS Al-Tīn:1) Dalam Tafsir Al-Maragi dijelaskan bahwa ٍانخي 4 menurut Imam Muhammad Abduh, “Tīn” yang dimaksud adalah pohon tempat Nabi Adam bernaung tatkala di surga. Al-Maragi menjelaskan bahwa Allah bersumpah dengan masa Tin Nabi Adam-bapak manusia. Yaitu zaman ketika Nabi Adam dan istrinya menutupi tubunya dengan pohon Tin. Ini seraya dengan pendapat yang dicantumkan Sayyid Quthb dalam Tafsir Fii Dzilal Al-Qur‟an bahwa tin yang dimaksud mengandung isyarat yang menunjuk kepada pohon Tin tempat nabi Adam dan istrinya (Hawa) pergi mengambil daun-daunnya untuk menutupi kemaluannya di surga yang mereka tempati sebelum turun ke kehidupan dunia.

وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ , وَطُورِ سِينِينَ
Artinya: “Dan demi bukit Sinai (2). Dan demi kota (Makkah) ini yang aman (3).” (QS Al-Tīn:2 & 3)
    Menurut Al-Maragi, ٍيُطورس Ṭūrisīn adalah nama sebuah gunung. Di tempat itu Allah Swt. berdialog secara langsung dengan Nabi Musa a.s. Sedangkan ٍانبهدااليي Al-Balad al-Amīn adalah Makkah yang dimuliakan Allah dengan adanya Ka‟bah. Bukit ini mengingatkan kepada diturunkannya ayat-ayat Ilahiah, yang ditampakkan secara jelas kepada Nabi Musa as. dan kaum-nya. Serta peristiwa diturunkannya Kitab Taurat kepada Nabi Musa setelah kejadian itu dan bersinarnya nur tauhid, yang pada masa sebelum itu dikotori oleh akidah wasaniyah (keyakinan berhalaan). Para Nabi setelah Musa as. tetap mengajak kaumnya agar berpegangan pada syari‟at tauhid ini. Namun, dengan berlalunya masa demi masa, ajaran ini telah dikotori dengan berbagai bid‟ah, hingga Nabi „Isa as. datang menyelamatkan ajaran tauhid ini.

ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ , لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ
    Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”. (QS Al-Tīn: 4-5) Setelah Allah bersumpah dengan menyebut empat hal sebagaimana ayatayat sebelumnya, ayat-ayat di atas menjelaskan untuk sumpah itu. Kata اُخهق terdiri atas kata خهق dan ا َyang berfungsi sebagai kata ganti nama. Kata ا) َKami) yang menjadi kata ganti nama itu menunjuk kepada jamak, tetapi bisa juga digunakan untuk menunjuk satu pelaku saja. Para raja biasa menunjuk dirinya dengan menggunakan kata “kami”. Allah juga sering kali menggunakan kata tersebut untuk menunjuk diri-Nya.

    Sesungguhnya penggunaan kata ganti bentuk jamak itu (Kami) yang menunjuk kepada Allah mengisyaratkan adanya keterlibatan selain Allah dalam perbuatan yang ditunjuk oleh kata yang dirangkakan dengan kata ganti tersebut. Dalam konteks ini, yang dimaksud adalah Bapak-Ibu. Sebab, dalam penciptaan manusia, Bapak Ibu memiliki peran, namun hanya sebagai perantara.

    Ibu–Bapak mempunyai peranan yang cukup berarti dalam penciptaan anakanaknya, termasuk dalam penyempurnaan keadaan fisik dan psikisnya. Para ilmuan mengakui bahwa keturunan, bersama dengan pendidikan, mereupakan dua faktor yang sangat dominan dalam pembentukan fisik dan kepribadian anak. Kata ٌساَاإل manusia yang dimaksud oleh ayat ini menurut Al-Qurthubi adalah manusia-manusia yang durhaka kepada Allah. Pendapat ini ditolak oleh banyak pakar tafsir dengan alasan lain antara lain adanya pengecualian yang ditegaskan oleh ayat berikutnya yaitu “kecuali orang-orang yang beriman.” Ini menunjukkan bahwa “manusia” yang dimaksud oleh ayat ini adalah jenis manusia secara umum, mencakup yang mukmin maupun yang kafir. Bahkan Bint al-Syati‟ merumuskan bahwa semua kata ٌساَاإل dalam Alqur‟an yang berbentuk definit yaitu dengan menggunakan kata sandang ال berarti menegaskan jenis manusia secara umum, mencakup siapa saja.

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ
    Artinya: “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS. AlTīn: 6)

    Ayat yang lalu menetapkan pengembalian manusia ke tingkat yang serendah-rendahnya. Ayat di atas mengecualikan sekelompok dari mereka. Allah berfirman: Kecuali atau tetapi orang-orang yang beriman dengan keimanan yang benar dan membuktikan kebenaran imannya dengan mengerjakan amal-amal yang shaleh; maka bagi mereka secara khusus pahala agung yang tiada putusputusnya. Kata ( إال ( illā umumnya berarti kecuali. Makna pertama menjadikan yang dikecualikan merupakan bagian dari kelompok yang disebut sebelumnya, sedang kedua (tetapi) menjadikan yang dikecualikan bukan anggota kelompok sebelumnya. Mufassir Al-Thabari memahami kata illā di atas dalam arti tetapi dan atas dasar itu ia mengartikan asfala sāfilīn dengan arti ynag pertama disebut di atas, yakni “Orang-orang tua yang berimandan beramal shaleh,pahal amal kebaikan mereka bersinambung, walau ia tidak mampu mengerjakannya lagi karena udzurnya.”


فَمَا يُكَذِّبُكَ بَعْدُ بِالدِّينِ , أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ

    Artinya: “Maka apakah yang menyebabkan kamu mendustakan (hari) pembalasan sesudah (adanya keterangan-keterangan) itu? Bukankah Allah Hakim yang seadil-adilnya?” (QS Al-Tin: 7 dan 8).

    Kata ( كذب (każżaba terambil dari kata (كذب (każaba yang antara lain bermakana berbohong, melemah, mengkhayal, dan lain-lain. Kebohongan yang menunjukkan kelemahan si pelaku karena ia tidak mampu menyampaikan kenyataan yang diketahuinya akaibat rasa takut, atau karena adanya kebutuhan lain sehingga ia terpaksa dalam penyampaian tersebut mengkhayalkan hal-hal yang tidak pernah ada. 24 Kata (ٍدي ان (al-dīn menggambarkan hubungan anatar dua pihak, pihak pertama kedududkannya lebih tinggi dari pihak kedua. Dari sini, kata ini mempunyai pengertian yang berbeda-beda, antara lain pembalasan, agama, ketaatan, dan lain-lain. Dalam ayat ini kata tersebut lebih sesuai bila diartikan pembalasan.

    Kata (بعد (ba‟du berarti sesudah. Dalam susunan kalimat ayat di atas, kata ini memerlukan kalimat lain sesuai konteks, untuk menjelaskan maksudnya. Kalimat dimaksud misalnya: Sesudah (datangnya/ adanya keterangan-keterangan itu.) Keterangan yang dimaksud adalah yang tersurat dan yang tersirat pada kandungan sumpah yang terdapat dalam surat ini ayat (4-6). Allah telah menciptakan manusia dalam bentuk fisik dan psikis yang sebaik-baiknya, kemudian karena ulah mereka sendiri, Allah menjatuhkan atau mengembalikan mereka ke tempat yang serendah-rendahnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keterangan-keterangan tersebut adalah yang disampaikan oleh para nabi, khususnya Nabi Muhammad.

e. Isi Kandungan

Berikut ini rangkuman dari kandungan surah At Tin:
1. Tiga ayat pertama dalam surah At Tin merupakan nama tiga tempat di mana Allah mengutus para nabi dari kalangan Ulul Azmi secara berurutan menurut zamannya. Pertama adalah tempat yang dipenuhi dengan tin dan zaitun dan tempat Allah mengutus Nabi Isa, yaitu Baitul Maqdis. Kemudian, tempat kedua adalah Tur Sinai, yakni nama bukit tempat Allah SWT berbicara langsung dengan Nabi Musa. Dan yang ketiga ialah Mekah alias kota yang aman. Tempat inilah Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW.
2. Isi sumpah Allah SWT yang menyatakan bahwa Dia telah menciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik dan rupa yang paling sempurna, tegak jalannya, hingga sempurna seluruh anggota tubuhnya.
3. Allah SWT juga berfirman menciptakan neraka Jahannam atau tempat yang paling hina bagi ciptaan-Nya yang sempurna bila mereka tidak taat kepada Allah dan tidak meneladani rasul-Nya.
4. Allah SWT mengingatkan tentang hari pembalasan kelak. Melalui surah At Tin, Allah berfirman bahwa semua tanda-tanda penciptaan-Nya sudah tergambarkan dengan jelas berikut dengan tanda-tanda bahwa semua ciptaan Allah akan kembali pada-Nya. Oleh sebab itu, tidak ada lagi alasan bagi manusia untuk mendustakan hari pembalasan kelak.
5. Allah SWT merupakan Hakim yang paling adil, tidak melampaui batas, dan tidak aniaya terhadap seseorang pun. Termasuk dalam menciptakan hari kiamat dan memberi pembalasan bagi orang-orang yang melanggar perintah-Nya.


2 Komentar

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama